Akhir yang menjadi awal

70.3K 5.7K 67
                                    

Cerita ini di revisi alias di rombak besar-besaran. Jangan heran kalau banyak berubah. Terima kasih.

Selamat membaca!

☕☕☕

"Jika aku tahu, patah hati itu akan terasa sangat menyakitkan, maka aku tidak ingin jatuh cinta pada siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika aku tahu, patah hati itu akan terasa sangat menyakitkan, maka aku tidak ingin jatuh cinta pada siapapun."

-TitikTemu-

☕☕☕


Nabilla menopang kepalanya dengan satu tangan, dengan posisi kepala menyamping dan tatapan mata kosong. Malam ini, ia merasa sangat lelah dan malas sekali, sehingga laptopnya hanya ia biarkan menyala begitu saja.

Tiga puluh menit, Nabilla masih berada di posisi yang sama. Entah apa yang ia pikirkan, ia tidak tahu. Tetapi, ia merasa ada suatu hal yang sedang ditunggunya.

Bola mata Nabilla bergerak, melirik ponselnya yang tetap sepi tanpa notifikasi. Sambil memejam, ia menghela nafas. Mencoba mengais sisa-sisa energinya yang tersisa.

Nyanyian syahdu dan hawa dingin yang tercipta dari air hujan, menemainya menerjang kesuyian malam.

Mata Nabilla kembali memejam, menikmati suguhan alam. Namun sial, bukan ketenangan atau sisa energi yang ia dapatkan. Justru, ingatan-ingatan usang lima tahun lalu yang ingin ia singkirkan datang menyapanya dengan jelas.

Kala itu, sejak permasalahan yang melibatkan Audy di dalam hubungannya dengan Saka, ia benar-benar memberi jarak pada gadis itu.

Sedangkan jalinan asmaranya dengan Saka, tetap berjalan seperti biasa. Walaupun, dalam beberapa waktu terakhir, komunikasi mereka tidak terlalu intens. Jangankan bertemu, bertukar pesan pun seadanya.

Kesibukan Saka yang mulai magang dan kesibukannya dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi kedua kalinya,
turut mempengaruhi kerenggangan komunikasi di antara mereka.

Namun, di sisi lain, Nabilla merasa jika Saka perlahan menghindarinya. Terhitung, setelah pertemuan laki-laki itu dengan Ayahnya beberapa waktu lalu.

"Nabilla."

Sebuah panggilan di sertai tepukan pada bahunya, membuat Nabilla menoleh dan mengangkat wajahnya untuk melihat seseorang yang berani mengganggunya. Tatapan datar, langsung ia berikan pada seseorang yang sudah menjadi duri dalam hubungannya dengan Saka.

"Lo, kenapa Bill? Kusut banget, lo?" Audy berujar, sambil menarik kursi terdekat yang bisa ia jangkau.

"Gue nggak kenapa-napa." Nabilla menjawab, lalu fokus lagi memeriksa sisa tugas yang baru bisa ia kerjakan setelah shalat subuh tadi.

"Akhir-akhir ini, lo sengajakan, ngehindarin gue?" Audy bertanya, sembari mengeluarkan barang-barang termasuk ponsel dari dalam tasnya. "Jagain kursi buat gue aja, lo udah nggak mau," lanjutnya.

TitikTemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang