Polaroid Masa lalu

74K 5.6K 157
                                    

Selamat membaca 😅

"Entah mengapa, setiap ingat saat-saat masih bersamamu, terasa menyakitkan untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Entah mengapa, setiap ingat saat-saat masih bersamamu, terasa menyakitkan untukku."

-TitikTemu-

☕☕☕

Suara geluduk dari luar masih terdengar. Gerimis yang turun sedari pagi pun masih berlanjut.

Setelah kemarau panjang, akhirnya bumi menangis juga. Walaupun masih tipis-tipis, tetapi udara terasa lebih sejuk.

Nabilla mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah dengan handuk kecil, kemudian menggulungnya tinggi-tinggi menyerupai sanggulan. Ia sudah terbiasa mencuci rambut di malam hari agar esok pagi tidak terlalu kewalahan.

Sembari menunggu rambutnya kering, Nabilla melipat dan menyetrika pakian yang sebelum pergi kerja telah ia cuci.

Selain tangannya yang terus bergerak, bibirnya pun sibuk bernyanyi. Mengikuti alunan lirik lagu yang terputar dari ponselnya.

Bebrapa saat kemudian. Nabilla menghela nafas panjang. Ucapan Hamdallah ia gumamkan. Pinggangnya yang terasa kaku ia regangkan. Semua pakaian yang kusut dan menumpuk tadi sudah rapi dan licin paripurna. Nyamuk yang lewat pun, sepertinya akan terpeleset jika menapaki kain pakaiannya.

Melakukan pekerjaan rumah sudah bukan hal asing lagi. Nabilla sudah terbiasa melakukan segalanya seorang diri dari lima tahun lalu. Dan hasilnya, saat ini ia sudah mahir. Termasuk menyetrika pakaian tanpa membuang waktu terlalu lama.

Malam sudah terasa sangat sepi. Tetapi tidak dengan isi kepalanya. Perkataan Saka sebelum pergi justru berputar-putar mencari maknanya. Seperti sebuah mantra yang langsung menghipnotisnya.

Berkali- kali Nabilla menghalaunya. Namun, perkataan laki-laki itu layaknya bumerang yang terlempar jauh tapi kembali lagi ke dalam kepalanya.

Saka hanya sebatas berpamitan sebagai atasan kepada karyawan. Tidak lebih. Dan itu lumrah saja. Nabilla terus mecoba mematahkan delusinnya.

Meloloskan nafas kasar. Terkadang, Nabilla ingin kembali menjadi anak kecil yang tidak di repotkan oleh berbagai masalah. Terutama perasaan dan lebih bebas mengekspresikan setiap hal yang di rasakan.

Ketika sakit atau sedih, akan menangis, menjerit, atau berguling-guling. Dan ketika bahagia, akan tertawa, menari, atau bahkan berjingkrak-jingkrak ria.

Tidak ada yang perlu di tahan-tahan, tidak ada yang perlu di tutup-tutupi.

Dengan pikiran yang terbagi, Nabilla beranjak memasukkan pakaian yang sudah rapi ke dalam lemari. Dan sebagian akan ia gantunggkan.

TitikTemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang