Selamat membaca.
☕☕☕
"Tidak ada pertemuan yang sia-sia. Setiap pertemuan pasti memiliki sebuah alasan."
-TitikTemu-
☕☕☕
Saka mengelap keringat yang mengucur dari dahi dengan punggung tangan kananya. Udara sejuk yang masih berhias kabut, tidak menghalangi keringat membajiri seluruh tubuhnya.
Mentari pagi ini sepertinya terlambat menampakkan diri, tetapi Saka sudah menelusuri jalanan yang masih cukup sepi bersama sepedanya.
Sejak terbangun dari lelap yang tidak seberapa lama, ia langsung melesat meninggalkan tempat tidur dan keluar rumah untuk mengusir resah yang menggangunya sepanjang malam.
Fakta yang Nabilla ungkapkan sangat memukul Saka keras. Ternyata, berakhirnya hubungan mereka lima tahun lalu, tidak sesederhana yang ia pikirkan.
Nafas Saka sudah terengah-engah. Ia sudah lelah, tapi belum berniat untuk menyerah. Ia justru mengayuh pedal sepeda lebih cepat dan lebih jauh lagi.
Dua jam kemudian.
"Mas Saka mau sarapan sekarang? Atau mau bersih-bersih dulu?"
Saka yang baru masuk ke dalam rumah, di sambut pertanyaan dari Bu Min yang berada di ruang makan.
"Nanti dulu deh, Bu. Saya belum laper-laper banget. Saya cuma haus aja," tolak Saka. Langkahnya tertuju ke arah wastafel untuk mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian mengambil gelas. Mengisinya dengan air putih dan duduk pada kursi meja makan.
Bu Min mengangguk mengerti dan tidak banyak berkata lagi. Ia fokus menata makanan untuk sang tuan muda sarapan.
"Ilham kemana, Bu? Belum bangun?" Saka bertanya, matanya menyapu seluruh ruangan. Mencari kebaradaan Ilham yang batal kembali ke ibu kota tadi malam."Mas Ilham ada di halaman belakang, Mas. Lagi ngasih makan ikan." Bu Min menyahuti. "Tadi, Mas Ilham mau berangkat, tapi Mas Saka belum pulang."
Saka mengangkat wajahnya, menatap wanita yang sudah berjasa mengasuhnya sejak bayi itu beberapa detik.
"Saya agak jauh tadi," jelas Saka, memberitahu garis besar jarak yang di tempuhnya.
"Tumben, lama banget sepedaannya. Biasanya jam segini udah wangi, udah rapi, udah nggak sabar mau ngantor di cafe."
Saka hanya menghela nafas, ia tidak berkata apapun.
"Mas Saka ada masalah?" Bu Min bertanya, ia meninggalkan sejenak pekerjaannya dan memfokuskan perhatiannya penuh pada Saka.
Sejak Saka dalam asuhannya, Bu Min faham sekali dengan gelagat Saka satu ini. Dan bisa di pastikan jika sang tuan muda-nya sedang menghadapi masalah yang cukup berat.
"Dari pada di endep jadi penyakit, kalau Mas Saka mau cerita, cerita aja, Mas."
Saka menipiskan bibirnya dan menggelengkan kepala. Bukan tidak ingin berbagi cerita pada Bu Min, tapi Saka tidak ingin membebani lagi Bu Min dengan masalah pribadinya. Ia bukan anak kecil lagi yang harus mengadu karena jatuh dari sepeda atau perlakuan kasar sang ayah seperti dulu kala.
"Nggak ada Bu. Saka baik-baik aja, kok." Saka tersenyum cukup lebar untuk menepis kekhawatiran yang di tampilkan Bu Min saat menatapnya.
"Kalau misal Mas Saka lagi capek banget. Mas Saka istirahat aja di rumah. Jangan kemana-mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
TitikTemu
ChickLitKetemu lagi sama mantan? Mungkin itu adalah suatu 'kebetulan' atau 'hal' yang sangat tidak Nabilla inginkan. Namun, sayangnya, suatu kebetulan itu harus Nabilla telan bulat-bulat ketika semesta membawanya bertemu lagi dengan Saka, sang mantan setela...