☕☕☕
Selamat membaca !
Jangan lupa tinggalin jejak juga!☕☕☕
Ruang kerja Saka jatuh ke dalam senyap
yang mencekam. Tidak ada suara yang terdengar sedikitpun, hanya tatapan mata dari ke tiga orang yang berada di dalam sana bergerak, melihat satu sama lain.Sintya yang sebelumya berada di ambang pintu, perlahan menggerakkan kakinya mendekati dua insan yang sempat mematung karena kedatangannya.
Di sisi lain, seiring langkah Sintya mendekat, Nabilla langsung menarik sendiri tangannya dari cekalan Saka dan agak menjauh, membuat laki-laki itu cukup terhenyak dan langsung berdiri, sejajar dengannya.
Nabilla menelan salivanya serat. Entahlah, kerongkongannya tiba-tiba terasa sangat kering.
"Maaf, ta-. Maksud saya, Bu." ralatnnya, kemudian menghela. "Hal yang baru saja anda lihat, tidak seperti yang anda pikirkan. Saya hanya membantu mengobati memar, Pak Saka."
Jujur saja, ada rasa khawatir yang menyelinap dalam benak Nabilla, jika wanita yang lima tahun lalu pernah ia temui itu berpikir buruk tentangnya.
Lima tahun, waktu yang cukup panjang untuk seseorang memiliki banyak perubahan. Meskipun Sintya yang ia kenali dahulu sangat baik hati, tapi Nabilla tidak bisa menyimpulkan, sikap wanita yang masih tetap terlihat cantik di usianya itu mempunyai penilaian yang sama seperti dulu padanya.
Dan beberapa detik yang lalu, ia benar-benar berada di situasi yang sangat merugikan. Seharusnya, ia lebih menyadari hal itu dari awal.
Sintya belum membuka suara, ia masih sibuk menelisik gadis yang dulu pernah Saka kenalkan padanya sebagai teman dekat.
Ada yang berbeda, gadis itu tampak lebih dewasa dan cantik, meskipun ada gurat lelah yang tergambar menyertai.
"Ma, kita beneran nggak nga-"
Sintya langsung mengulirkan mata pada Saka dengan jari telunjuk terangkat di depan bibirnya. Memberi isyarat pada sang putra untuk tetap diam beberapa waktu.
"Mama percaya sama Nabilla. Tapi sama kamu, Mas, Mama pertimbangkan lagi," ujar Sintya, membuat bahu Saka merosot seketika. Dan pada detik berikutnya, lengkungan senyum terbit sampai ke mata tertuju untuk Nabilla.
Menangkap sikap hangat dari Sintya, Nabilla merasakan tali yang sempat melilit sekujur tubuhnya lepas secara perlahan-lahan. Tetapi tentu saja, ia tidak boleh terlena untuk tetap tinggal di antara anak dan ibu itu.
"Terima kasih anda sudah mau mempercayai saya. Kalau begitu, saya permisi untuk melanjutkan pekerjaan saya di bawah, Bu. Pak Saka." Nabilla berkata, lalu sedikit membungkuk.
"Sepertinya, lain kali kita harus ketemu lagi di waktu yang lebih baik." sahut Sintya lembut.
Nabilla menarik keatas kedua sudut bibirnya. Membalas kehangatan sikap Sintya yang ternyata masih sama.
Tanpa banyak berbicara lagi, Nabilla bergegas menyimpan salep memar milik Saka yang masih ia pegang di atas meja, dan mengambil nampan kayu yang dengan ajaib bisa menyeretnya sampai sejauh ini.
"Permisi." Kata terkahir yang Nabilla ucapkan, kemudian undur diri ruangan itu.
"Nab-," perkataan Saka hanya tertelan angin, karena Nabilla sudah berlalu . Salep memar yang gadis itu simpan, ia pandangi dengan hampa.
"Mama nggak di suruh duduk, nih?"
Seolah tersadarkan, Saka langsung memusatkan atensinnya pada Sintya dan membawa wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TitikTemu
ChickLitKetemu lagi sama mantan? Mungkin itu adalah suatu 'kebetulan' atau 'hal' yang sangat tidak Nabilla inginkan. Namun, sayangnya, suatu kebetulan itu harus Nabilla telan bulat-bulat ketika semesta membawanya bertemu lagi dengan Saka, sang mantan setela...