☕☕☕
Selamat membaca.
☕☕☕
Film sudah di putar selama empat puluh menit. Tetapi tidak sedikitpun Nabilla menyimak adegan demi adegan yang berlangsung dalam film tersebut. Matanya menatap kedepan, tetapi kosong.
Seharusnya, perkataan Rayan hanya menjadi angin lalu, tapi mengapa ia justru semakin terganggu.
Di bawah cahaya redup di dalam bioskop, Nabilla menyapukan matanya ke sekitar. Tatapanya jatuh pada beberapa orang yang duduk berpasang-pasangan.
Perkataan Rayan memang nyaris benar. Tapi, statusnya dan Saka bukanlah pasangan. Melainkan hanya sebatas atasan dan bawahan.
Kembali merenung, Nabilla mempertanyakan keberadaannya bersama Saka di sana.
Jika memang Saka sudah memliki pasangan seperti yang ia yakini, maka saat ini laki-laki itu tidak mungkin ada bersamanya.
Sudah pasti dengan wanitanya.
Jika memang Saka sudah memiliki pasangan, tidak mungkin laki-laki itu juga selalu berusaha mengistimewakannya.
Sudah pasti lebih mengistimewakan wanitanya.
Seolah tersadarkan dari sesatnya prasangka yang ia miliki, Nabilla menoleh ke samping. Irisnya langsung terpaku pada wajah Saka yang tampak menikmati pemutaran film dengan tenang.
Di balik tatapan itu, Nabilla kembali menilai kejujuran yang selalu Saka gaungkan dengan lantang.
Keberadaan mereka berdua saat ini, sikap Saka yang selalu ia bantah rupanya bukan kamuflase dan semakin menguatkan bukti jika laki-laki itu tidak memiliki pasangan, tidak ada dalam tahap akan bertunangan ataupun menikah.
Bibir Nabilla sudah terbuka, ia ingin mengatakan sesuatu tapi terhatan oleh suara keras dari backsound film yang menggema, mengejutkannya. Otot-otot dalam tubuhnya seolah-seolah melemah, ia pun lebih dalam menyandarkan punggungnya.
Nabilla kembali menatap ke depan, mencoba menyimak adegan film yang terisa sebaik mungkin.
Beberapa menit ia menyimak, sudut matanya sudah berair.
Film yang sempat ia acuhkan itu ternyata mempumyai cerita cukup menyedihkan. Dan di saat bersamaan, ia juga merasakan tenggorokannya tiba-tiba kering.
Mengingat hampir separuh waktu menonton ia habiskan untuk merenung, Nabilla sampai lupa jika air mineralnya sama sekali belum tersentuh.
Perlahan-lahan, tangannya terulur untuk mengambil botol air mineral yang di letakkan di tengah-tengah kursi. Tapi, tanpa di sengaja, tangannya bertabrakan dengan Saka yang sedang mengambil popcorn.
"Maaf." Nabilla berucap, seraya menarik kembali tangannya.
"Kamu haus?" Saka bertanya. Tangannya masih mengambang di udara. Popcorn yang ia ambil, sudah jatuh ke tempat semula.
"Ya-a." Nabilla menjawab sedikit tergagap. Meski seklias, ia tiba-tiba membeku saat matanya dan mata Saka bertemu.
"Sebentar," ucap Saka, lalu mengambil botol air mineral milik Nabilla, memutar tutupnya dan memberikan botol tersebut pada gadis itu.
"Ini, minumlah."
Nabilla menelan saliva. Perasaan aneh lagi-lagi menghinggapi dadanya.
"Terima kasih." ia segera mengambil botol yang sudah Saka bukakan dan meminumnya sedikit.
"Bagaimana, menurutmu film ini menarik atau tidak?" Saka meminta pendapat secara tiba-tiba.
Nabilla menjauhkan botol air mineral dari bibirnya dan melihat lagi layar lebar di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TitikTemu
ChickLitKetemu lagi sama mantan? Mungkin itu adalah suatu 'kebetulan' atau 'hal' yang sangat tidak Nabilla inginkan. Namun, sayangnya, suatu kebetulan itu harus Nabilla telan bulat-bulat ketika semesta membawanya bertemu lagi dengan Saka, sang mantan setela...