Lontong kari

45.2K 3.3K 32
                                    

Selamat membaca guys!

Maaf kalau masih ada typo, ya. 🙏

Jangan lupa kalau abis baca tinggain jejak. 🫶🏻

☕☕☕

Nabilla mengerjapkan matanya beberapa kali. Dari banyaknya porsi lontong kari yang Saka beli, membuatnya berpikir sangat keras.

Entah apa yang ada dalam fikiran laki-laki itu saat ini, Nabilla sulit menembusnya.

"A-anda yakin, dengan makanan sebanyak ini?" Nabilla mengangkat matanya pada Saka penuh ketidak percayaan.

"Saya sengaja beli banyak, sekalian buat sarapan temen-teman kamu di sini." Saka menjawab keraguan Nabilla.

"Tapi, penghuni kos di sini tidak sebanyak ini juga, Pak." tiga puluh kotak lontong kari, Nabilla berhasil menghitungnya.

"Kalau sekiranya terlalu banyak. Kan masih bisa di bagikan ke warga sekitar," sahut Saka enteng. Bukan berniat menyombongkan diri. Tetapi, jangankan tiga puluh kotak lontong kari, lebih dari itu pun ia sanggup berikan.

"Iya tapi ini-" kalimat yang ingin Nabilla ucapkan hanya tertahan di kerongkongannya. Bukan tidak menyukai sikap loyal yang Saka tunjukkan terhadap orang-orang di sekitarnya, tapi Nabilla merasa jika Saka terlalu berlebihan.

Atau hanya dirinya saja yang terlalu percaya diri?

"Ibu kos kamu sama Nino sudah kebagian. Tadi, saya sudah minta tolong Nino bawakan," tambah Saka. Karena bagaimana pun, pagi ini Nino sangat banyak membantunya. Di mulai dari mencari penjual lontong kari sampai membantu membawakan berbungkus-bungkus lontong ke ruang tamu kosan.

Kali ini, Nabilla langsung mengibarkan bendara putih.

"Neng Bill!"

Suara nyaring Bu Ami yang terdengar, membuat Nabilla memutar tubuhnya pada wanita itu. Senyum tipis seketika terbit dari ke dua sudut bibir Nabilla saat Bu Ami yang di ikuti Nino berjalan menuju ke arahnya.

"Selamat pagi, Mih." sapanya, saat Bu Ami sudah mendekat.

"Selamat pagi juga Neng Bill," balas Bu Ami dengan senyum cerah. Berbeda dengan Nino yang memang sedari tadi sudah kusut. Bahkan semakin kusut saja.

"Duh, maaf ya. Mimih teh, jadi ganggu kalian. ucap Bu Ami, lalu melirik Saka disertai senyum yang lebar.

Sedangkan Saka membalas dengan senyum tipis dan sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Mimih cuma mau bilang terima kasih, sama Aa gantengnya Neng Bill, karena sudah repot-repot traktir kita semua sarapan," celoteh Bu Ami yang jelas membuat Nino mendelik sebal.

Sementara itu, dari rentertan kalimat yang Bu Ami katakan, hanya dua kosa kata asing yang menyumbat telinga Nabilla. "Aa ganteng?" ulangnya, memastikan tidak salah mendengar.

"Iya Neng Bill. Tadi Aa ganteng, maksud Mimih, Aa Saka ngirim lontong kari buat Mimih sama Apih sama Nino." Bu Ami mempertegas maksud perkatanya.

Nino berdecak, sehingga semua pasang mata terpusatkan padanya. "Ganteng. Ganteng. Gantengan juga Nino kemana-mana," gerutunya dongkol.

"Sssttt ... Kamu diem, nggak sopan begitu Nino!" Bu Ami langsung menegur putranya.

"Udah ah. Mending Nino siap-siap pergi kuliah," sergah Nino semakin berang. Ia pun segera memalingkan wajahnya dari Saka. "Teh Bill, kalau mau berangkat, hati-hati di jalan. Dan kalau nanti butuh Nino jemput, telpon aja." Nino berkata penuh penekanan di akhir kalimatnya.

TitikTemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang