'Pak Bos Ganteng'

54.1K 3.9K 103
                                    

Just info, cerita ini aku revisi besar-besaran ya, guys. ;)

Selamat membaca.

☕☕☕


Dari tempatnya berdiri, Nabilla terus memperhatikan Saka menggantikan perannya. Tatapan-tatapan kagum para gadis di meja yang laki-laki itu hampiri, ikut tertangkap oleh indra penglihatannya.

Mata Nabilla sedikit menyipit, menelisik penampilan Saka lebih lama. Cara berpakaian Saka saat ini, mengingatkannya pada saat mereka masih berpacaran.

Kemeja dan Saka, sulit terpisahkan. Seakan-akan, kemeja adalah simbol khas dari seorang Saka yang terlanjur melekat, sulit di hilangkan.

Suatu perasaan aneh tiba-tiba menyelundup masuk, seiring senyum Saka dari jauh, terlempar padanya.

Tangan Nabilla megepal bulat-bulat di bawah sana. Mencoba untuk tidak terpengaruh, membalas senyum laki-laki itu.

"Sebenarnya, persaan apa ini Tuhan?" bisik hatinya penuh tanya.

"Jangan ngelamun, Bill. Anak ayam tetangga saya ada yang mati lagi, nanti."

Sikutan Anggi, menyelamatkan Nabilla dari kuatnya tarikan masa lalu yang nyaris menenggelamkannya kembali ke masa itu.

Nabilla menggulirkan matanya, bibirnya mencebik sebal. "Enak aja, masa aku di samain sama anak ayam tetangga kamu, Nggi."

Anggi tertawa cengengesan menanggapinya. "Ya lagian, itu mata sampai nggak kedip-kedip. Memangnya, kamu lagi liatin apa atuh, Bill? Ada pengunjung yang ganteng, ya? Mana Bill, kasih tau saya. Biar kita cuci mata sama-sama." Ia memanjangkan lehernya, celingak-celinguk mencari objek yang di yakini sedang Nabilla perhatikan.

"Oh ... Pantes! Lagi liatin yang bening, rupanya." Akhirnya Anggi faham, hal yang membuat Nabilla rela menancapkan pandangan mata lurus ke depan adalah atasan mereka sendiri.

Sontak, Nabilla menolehkan wajahnya pada Anggi. "Bening? Bening apa sih maksud kamu, Nggi?"

Anggi pun berkata. "Itu, tuh ... " Bibirnya sampai mengerucut, seperti ikan mujair kekurangan air. Bola matanya berbinar-binar. Sikutnya pun tidak mau diam, terus menyikut Nabilla untuk mengikuti arah pandangnya.

"Kamu teh, dari tadi anteng liatin si bos ganteng, kan?" Anggi berbisik, matanya mengerling jahil. "Ngaku?" desaknya kemudian.

"Itu namanya, aku kurang kerjaan, Anggi." Nabilla membantahnya dengan cepat.

Anggi mendengkus kecil. Ia tidak percaya sama sekali. "Ah! kamu, mah. Tinggal bilang iya aja, susah." kemudian ia kembali lagi pada Saka yang menjadi titik fokusnya.

Sedangkan Nabilla, merotasikan matanya jengah. Terkadang, Anggi terlalu berisik untuknya.

"Itu mah, lebih dari sekedar bening, Bill. Good looking, iya. Good rekening, juga iya," oceh Anggi, heboh sendiri.

"Terus?" tanpa sadar, Nabilla menimpali.

"Yup! Hayulah, kita naikkan janur kuning, Bill," cetusnya lancar. Namun, detik berikutnya, ia menyadari satu hal. "Eh, tapi, nggak apa-apa, tuh, si bos ganteng langsung yang layanin?"

"Pak Saka sendiri, yang mau," ungkap Nabilla, kemudian melipir ke balik meja bar untuk membatu Amdhan yang juga kerepotan, dari pada berdiam diri.

"Tapi, kayaknya Pak bos ganteng kebingungan deh, Bill." Anggi berpendapat, karena Saka terus mencuri pandang ke arah mereka.

TitikTemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang