"Mah, kok kita pergi berdua aja? Papa ga diajak? Mama marahan sama papa ya?"
Senyuman hambar itu berusaha meyakinkan Ata bahwa semuanya baik-baik saja.
"Nggak nak. Mama cuma pengen main sama kamu. Ke Vila yang pernah mama bilang. Tapi ini rahasia kamu sama mama." Wanita muda itu menaruh jari telunjuknya di depan bibir yang langsung diiyakan oleh si anak.
Di depan sebuah vila, di pinggiran pantai, sudah berdiri seorang laki-laki tampan berkemeja biru muda dan celana katun. Di sampingnya terdapat anak laki-laki yang sedang berdiri dengan wajah ditekuk masam. Anak itu melipat kedua tangannya sambil memalingkan wajah ketika laki-laki menunjuk sebuah mobil yang mereka tunggu.
"Om kan janjinya bawa aku ke timesone. Kenapa malah ke sini? Ga asik! Pokoknya bakal Andri laporin ke papa!" Anak laki-laki itu merajuk
Namun Heri mengabaikan Andri dan segera menyambut pujaan hatinya.
"Kamu pasti lelah." Senyum tak biasa mengembang dari kedua sudut bibirnya.
"Nggak kok. Ada Ata yang bikin perjalananku jadi menyenangkan."
Laki-laki itu tersentak ketika ada tubuh mungil yang menubruknya seraya memanggil namanya.
"Eh Ata. Kamu kangen sama Om ya?"
Gadis itu mengangguk cepat, menjulurkan tangannya berharap segera berpindah ke pangkuan paman baik di yang selalu ia rindukan.
"Om kenapa ga ngajakin Ata main lagi?"
Heri tersenyum. Ia begitu bahagia mengetahui gadis mungilnya merindukannya. "Maaf ya sayang. Om Heri sibuk. Makanya, mumpung lagi ada waktu, Om ngajak mainnya ke pantai bareng keponakan Om."
Ata mengintip anak laki-laki yang masih bermuka masam. Menatap tajam ke arah Ata. Gadis itu mengalihkan pandangannya kepada Heri dengan wajah ketakutan. "Ata ga mau main sama dia. Takut."
Heri menarik kedua sudut bibirnya menanggapi ekspresi anak perempuan dipangkuannya. "Andri baik kok. Ata belum kenal aja. Kalau udah kenal, Andri baik banget. Om kenalin ya?"
Ata terdiam sejenak. Tatapannya tidak ia lepaskan dari Heri yang masih berusaha meyakinkannya. Gadis itu ingin sekali mempercayai Heri. Namun, hatinya masih tetap teguh menganggap kalau Andri itu menakutkan.
Untuk yang kedua kalinya, manik Ata melemparkan pandangan ke arah belakang Heri. Dahinya mengernyit kehilangan sosok yang ia cari. Maniknya bergerak aktif diikuti badannya yang bergerak membuat Heri turut berputar dan ....
"Dooor!"
Ata tersentak kaget mendengar suara nyaring Andri yang tiba-tiba muncul diiringi gelak tawa yang bahagia melihat ekspresi konyol Ata. Bahkan Andri tertawa terpingkal-pingkal saat Ata menyembunyikan kerutan bibirnya di tubuh Heri.
"Andri nakal! Ata ga mau main sama Andri." Ata merajuk.
"Dih, siapa juga yang mau main sama anak manja."
"Andri!" Heri mengisyaratkan agar Andri segera mengunci bibirnya. Anak laki-laki itu semakin menunjukkan sikap kesalnya.
Mama Ata hanya bisa tersenyum melihat anaknya yang merajuk. Tepatnya dia bahagia karena Ata sudah tidak canggung bertemu Heri seperti saat-saat sebelumnya.
Lidya mengusap lembut rambut anaknya dan berbisik lembut.
"Kita foto, nak. Bareng Om Heri. Mumpung Om Heri ga sibuk." Lidya mengedip usil yang dibalas senyuman oleh Heri.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's in My Room
ChickLitAtaya, wanita yang gemar mengurung diri di apartemennya, tiba-tiba harus berurusan dengan seorang buronan kasus pembunuhan. Hidupnya berubah total ketika ia pasrah menjadi suruhan pria misterius itu. Terpenjara dalam rumahnya sendiri dan terancam t...