HMR - 25 - Apa kabar?

6K 782 59
                                    

Ata memandang kalender yang berada di dinding berwarna orange di Apartemennya. Tangannya bergerak meraih benda berwarna merah dan memberikan bulatan pada angka 19.

"Happy birthday Andri," lirihnya.

Gadis itu tersenyum sendu. Seakan ia lupa bagaimana caranya menikmati hari. Bahkan Ata tidak ingat kapan terakhir tarikan di bibirnya membuat wajah merona.

Padahal, cukup beri kabar lewat Lara pun Ata sudah bahagia. Sayangnya semua itu seakan membuat hidup Ata semakin abu-abu. Dengan kandungan Lara yang semakin membesar, adik ipar Andri pun semakin terbatas ruang geraknya.

Memiliki suami yang begitu mencintainya membuat Lara tidak lagi mempunyai akses bebas untuk bertemu Ata. Sekedar telepon pun tidak bisa.

Kini Ata hidup kembali seperti dulu. bekerja, bertemu rekan kerja, kembali ke apartemen dan berulang setiap harinya. Mungkin kurangnya hanya satu, tidak ada orang yang ia cintai berdiri di sisinya.

Tidak ada Andri, Atalarik, Lara, Candra, ataupun orang-orang yang dulu bisa menghiburnya. Senyum tipis yang ia tunjukan kepada pasien sering kali membuat mereka salah persepsi.

Namun, Ata tidak peduli. Dia tidak bisa berpura-pura bahagia setelah kejadian beberapa waktu lalu. Bahkan Ata pun sudah lupa akan waktu yang ia habiskan sendiri. Semakin ia hitung, semakin menyesakkan hati dan semakin lama berlalu.

Gadis itu berdiri di depan cermin panjang yang menempel ke lemari baju. merapikan rambut indahnya yang terlihat sedikit memanjang. Memoleskan lipbalm di bibirnya yang tampak kering. Memerhatikan tubuh kurusnya yang berbalut baju kaos putih miliknya yang pernah Andri pakai.

Perlahan Ata mendekap erat tubuhnya, mengingat kembali setiap jengkal kenangan yang masih melekat erat dalam ingatannya. Saat Andri berada di apartmentnya untuk pertama kali. Berkaos putih dengan darah yang merembes dari balik bajunya.

Kemudian, saat Ata jahit lukanya tanpa obat bius, mengingat kembali mimik wajah menyakitkan yang diperlihatkan oleh pria itu. Sesekali Ata tersenyum saat mengingat tingkah Andri di hadapannya. Memakai baju Ata yang super imut saat Andri memakai bajunya.

Sedetik kemudian, gadis itu merasa oksigen dalam ruangan tersedot habis menghilang, begitu menyesakkan dada. Dirinya ambruk. Menyungkur hingga kepalanya menyentuh lantai.  Menangis sejadinya hingga ia terlelap dalam diam.

***

Satu tahun empat bulan tujuh hari telah berlalu. Hingga detik ini, Ata masih tidak bisa bertemu Andri. Terlebih lagi, beberapa bulan terakhir, Ata sangat sibuk dengan adanya wabah di Indonesia. Bahkan Ata lupa kapan terakhir pulang ke apartemennya.

Dia pun belum sempat berbalas pesan ataupun melakukan panggilan suara dengan Lara. Setiap kali Lara menghubunginya, gawainya selalu saja berada jauh dari jangkauannya.

Kali ini, Ata mendapatkan waktu liburnya. Beruntungnya ia mendapatkan kesempatan untuk menikmati tempat tidur miliknya yang sudah ia dambakan.

Tidak perlu berlibur. Hanya rebahan. Ingin ikut menikmati rasanya berada di tempat tinggalnya seharian penuh, tanpa gangguan.

Hal yang paling pertama ia lakukan adalah mengecek gawainya. Ia melihat ratusan pesan yang dikirimkan Lara kepadanya. Jempolnya segera mencari fitur video call yang segera terhubung kepada teman baiknya itu.

"ATA! Gila lu ya, gue pikir lo udah mati!" salam yang sungguh indah.

Ata menunjukkan barisan rapi gigi putihnya. Ia kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk menyandar di bantalan tempat tidur.

"Kalau aku mati, nanti aku samperin kamu lebih dulu, Ra," balasnya sambil terkekeh.

"Ih, amit-amit. Lo ga kangen gue, apa? Jahat banget ya, ga ada kabar sama sekali. Udah hampir tiga bulan, loh. Udah kurus gue...," seru Lara.

Wajah Lara lebih tirus dari sebelumnya. Setelah melahirkan, ia sukses menurunkan berat badannya. Menerapkan pola hidup sehat. Katanya, body seksi itu aset. Menyenangkan hati suami.

"Ya kangen, lah. Makanya, aku langsung telepon kamu. Kamu orang pertama yang aku telepon," Lara tersenyum bahagia mendengernya. "Gimana keluarga? Sehat? Yanu apa kabar?"

Lara langsung mengarahkan benda persegi empatnya ke arah Indra yang sedang main bersama anak laki-lakinya-Yanu.

"Sehat semua, Ta. Tuh, anak gue ampe udah bisa jalan, udah punya gigi banyak."

"Padahal dulu baru bisa balik badan, loh."

"Itu tahun lalu, Ta. Anak gue udah 11 bulan sekarang."

Time flies. Rasanya baru kemarin. Iya, baru kemarin Lara lahiran, tapi berasa lama menunggu Andri.

"Indra, kunci mobil gue mana?"

Suara bariton itu membuat degup jantung Ata berdegup kencang. Aliran darahnya terasa berdesir dengan deras. Ini ... ini suara orang yang selama ini Ata tunggu. Iya kan?

"Itu Andri?" tanya Ata.

Belum sempat Lara menjawab, sosok pria itu muncul tepat di belakang Lara. Berjalan menuju adiknya, tanpa memperhatikan Lara yang sedang tersambung video call dengan Ata.

Lara langsung mematikan sambungan telepon. Membuat Ata terdiam menatap layar datar di genggaman tangannya. Tangannya bergetar, dengan mata mengerjap cepat. Buliran air tak terasa jatuh dari kedua matanya.

Ia kembali mencoba menghubungi Lara. Menunggu sambungan telepon kembali tersambung. Namun nihil. Semuanya percuma. Tidak ada satupun panggilan yang Lara gubris.

Ata hanya ingin memastikan, apakah benar suara itu milik orang yang selama ini ia tunggu. Apakah laki-laki yang berada di belakang Lara itu adalah Andri?

Kalau iya, kapan Andri keluar penjara? Kenapa tidak pernah menghubunginya? Kenapa tidak ada satu pun orang yang memberitahu dirinya bahwa orang yang sedang ia tunggu telah keluar penjara?

"KENAPA?!" pekik Ata tiba-tiba.

Gadis itu kemudian bangkit. Ia bergegas mengganti pakaiannya, mencuci wajahnya, dan meraih tas yang menggantung di belakang pintu.

Sempat disibukkan dengan dering telepon yang tiba-tiba berteriak nyaring. Jari tangan kanannya segera menggeser tombol hijau dan meletakkan gawai di telinga, sedangkan tangan kirinya meraih knop pintu kamar.

"Halo?"

Orang di seberang telepon terdiam. Kaki Ata masih sibuk melangkah ke arah rak sepatu dan mengambil sneakers kemudian melemparnya tepat di depan kakinya.

"Halo?"

Gerakkannya seketika terhenti ketika orang di seberang telepon membalas sapaannya.

"Hai Ataya Aznii, Apa kabar?"

~TBC~

Hola reader...
Sudah lama juga aku tidak update...
Akhirnya hari ini bisa menyelesaikan part ini...
kemungkinan besar, Ata Andri akan segera diselesaikan.
Tadinya mau nunggu 3 tahun sampai Andri keluar penjara.
😆😆
Namun dunia berkata lain.😁
Happy ending atau Sad ending ya kira"?
Terima kasih yang masih setia sama cerita ini..
Ditunggu kelanjutan ceritanya.
See u all.

He's in My Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang