HMR - 29 - Aku salah

6.4K 855 70
                                        

Setelah sekian lama, Ata memutuskan untuk kembali mengunjungi Athalarik yang masih mendekam di dalam penjara. Waktu hukuman pria itu tentunya lebih lama dari pria yang Ata cintai. Karena kejadian kemarin, ada hal yang ingin Ata tanyakan kepada laki-laki yang ia akui pernah memberikan kebaikan untuknya.

"Butuh apa?" katanya singkat saat memasuki ruang berkunjung.

Pria itu berjalan dan duduk tepat di hadapan Ata. "Bukannya laki-laki itu sudah keluar?"

Ata mengangguk perlahan. "Ya. Aku udah ketemu kemarin."

"Lalu? Butuh biaya untuk menikah? Akan aku kirimkan." Athalarik sudah bangkit dari duduknya, namun segera dihentikan oleh Ata.

"Bukan itu."

Pria itu kembali duduk sambil mengamati gadis di hadapannya. Mereka saling mengunci pandang. Mengamati satu sama lain yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan.

"Apa Papa cinta Mama? Apa ada sedikit rasa untuk Mama?" tanyanya sungguh-sungguh.

Bagi Ata, ini sangat penting untuk mengikis rasa gundah dihatinya. Ata yakin, tidak ada pasangan yang bersatu tanpa sedikit pun cinta.

Athalarik tertawa begitu nyaring, hingga orang-orang yang berada di ruangan itu mengalihkan pandangannya kepada ayah dan anak itu. Pria itu bahkan mengeluarkan air mata di sudut matanya.

Ata tidak memedulikan tatapan heran orang-orang dan pula tidak menghentikan apa yang sedang dilakukan Ayahnya itu. Dia bahkan menunggu hingga pria di hadapannya itu berhenti tertawa dan menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya.

"Aku akan jelaskan hanya satu kali. Setelah itu, jangan kamu bahas perempuan itu. Oke?" katanya serius. Ata sedikit terkejut dengan kata 'aku' yang diucapkan Athalarik. Sebelumnya pria itu tidak pernah meng'aku'kan dirinya semarah apapun. Namun Ata segera menganggukan kepalanya untuk tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku mencintai ibumu. Sangat. Tapi ..., sayangnya kamu lahir bukan dari kisah cinta kita."

Ata terdiam. Dadanya terasa sangat pedih mendengarkan pernyataan dari pria di hadapannya. Tenggorokannya tercekat hingga tidak ada kata yang bisa keluar dari bibirnya.

"Dokter bilang aku mandul. Tapi ibumu hamil-"

"Bisa aja dokter salah! Buktinya, pembantu itu hamil!" tukasnya.

"Tapi, tes DNA tidak salah. Setelah kamu lahir, aku langsung memeriksanya. Dan hasilnya mengejutkan."

Ata menelan salivanya sekuat tenaga. Rasanya tidak nyaman. Ada rasa perih yang begitu membakar dirinya. Tangan mungilnya meremas baju tepat di dadanya, berusaha meredakan rasa sesak yang menyiksa. Bulir bening mengalir tanpa permisi membasahi kedua pipinya.

"Ibumu mengakui, dan meminta maaf. Tapi apa gunanya? Setelah kamu lahir, aku tidak pernah menyentuh ibumu lagi. Semua kebahagiaan yang pernah kita buat, itu semata-mata hanya permintaannya. Sampai pria itu datang lagi dan terpaksa aku lenyapkan. Aku tidak mau merusak reputasi perusahaan yang telah aku bangun."

Oke, Ata tidak perlu mencari Ayah kandungnya. Dan tidak perlu tahu juga siapa Ayah yang sudah lenyap dari bumi ini.

"Mengenai pembantu itu, aku tidak pernah tidur dengannya. Wanita sialan itu tidur dengan setiap pegawai di rumah kita. Ibumu melihat aku keluar dari kamar Kiki. Dia yang marah langsung membuka kamar itu dan melihat Kiki setengah telanjang. Ibumu tidak tahu, kalau sebenarnya di samping Kiki ada sopirnya yang bersembunyi di balik selimut. Dan yang kamu lihat pun semua hanya kesalahpahaman."

"Kenapa Papa baru bilang sekarang?" Ata mengusap air matanya yang semakin deras. Ah, bahkan dia bingung apakah masih boleh memanggil pria itu dengan sebutan papa.

He's in My Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang