Indra menyeringai. Tatapan dinginnya menatap tajam ke arah Candra, pria bermata sipit yang ada di hadapannya.
"Bukannya kamu yang culik dia? Menculik calon pengantin perempuan dan memaksanya untuk dijadikan istri. Kalian sudah berpisah, kan?" sinis Indra kepada Candra.
Candra berang. Tangannya mengepal dan urat-uratnya tampak menonjol. Hanya dengan satu ayunan, tangannya tepat mengenai wajah Indra sehingga pria itu tersungkur. Mengeluarkan cairan segar di sudut bibir suami Lara.
Spontan Ferdinan dan Nando menghentikan langkah Candra yang hampir melayangkan tinju lagi. Sahabatnya itu menahan tangan Candra dengan kuat sementara Romi menghadang antek-antek pria brengsek itu.
Indra bangkit dan lagi-lagi tersenyum sinis. Tangan kanannya ia angkat untuk melihat jam yang melingkar berwarna hitam. Tak lupa ia mengusap sudut bibirnya yang telah dibasahi darah.
"Perkenalan yang buruk. Kamu... mau saya laporkan ke pibak berwajib?"
Candra berdecih. Tatapan garangnya seakan ingin menghabisi nyawa Indra. Dadanya terlihat naik turun dengan cepat, tanda emosinya yang belum menurun.
"Lepas!" Pria berkacamata itu menghentakkan tangannya dengan keras hingga tahanan Ferdi dan Nando terlepas.
Candra benar-benar sudah gila. Dia berlari ke arah Indra dan menabraknya bagaikan banteng. Kedua kalinya, Indra tersungkur dengan kepala membentur tembok. Sangat keras hingga membuat pria itu tak sadarkan diri. Membuat sahabatnya kalang kabut dan segera mencarikan bantuan.
Sedangkan Candra segera meraih knop pintu di hadapannya dan masuk ke ruang ganti karyawan dengan leluasa.
"Ataya Aznii!" pekik Candra.
Tidak ada satupun orang di dalamnya. Ruangan penuh loker yang hanya dipenuhi dengan bising air conditioner dan detak jarum jam. Pria itu berjalan menyisir satu persatu deretan loker yang tidak terlihat pandangannya. Berharap gadisnya ada di salah satu deret dan sedang bersembunyi ketakutan.
"Ataya, jangan sembunyi lagi. Ayo kita menikah."
Hening. Tidak ada balasan. Langkah Candra terhenti saat melihat pintu terbuka lebar di sisi lain tempatnya masuk. Ata dan Andri berhasil pergi dari tempat itu.
Rahang Candra mengeras. Kepalan tangannya menghantam loker yang ada di sisi kanannya.
"Argh! Sial! Kamu masih ada di dalam hotel ini, kan?" raut wajahnya seketika berubah. Seringai mengerikan tampak diiringi desisan halusnya.
"Bos, kedua keluarga sudah datang," suara seorang pria berpakaian serba hitam tiba di hadapan Candra.
Pria itu merapikan kemeja putihnya dan menyugar rambutnya hingga tampak rapi.
"Tetap cari dia. Acara akan tetap berlangsung."
"Baik."
***
Di tengah ballroom, kini tengah duduk Candra, ayah Ata, penghulu yang dikelilingi oleh keluarga besar dari kedua belah pihak. Candra tidak ingin kehilangan muka di hadapan keluarganya karena Ata yang masih belum ditemukan.Pria itu yakin, gadisnya akan segera datang setelah akad berakhir. Boleh disebut saat mereka telah menjadi pasangan suami istri yang sah. Ini memang salah. Benar-benar salah. Tapi Candra tidak rela jika harus kehilangan wanita yang ia cintai.
"Apa pengantin perempuannya sudah siap?" tanya pak penghulu.
Candra tersenyum tenang. "Ata akan bergabung setelah akad selesai."

KAMU SEDANG MEMBACA
He's in My Room
Chick-LitAtaya, wanita yang gemar mengurung diri di apartemennya, tiba-tiba harus berurusan dengan seorang buronan kasus pembunuhan. Hidupnya berubah total ketika ia pasrah menjadi suruhan pria misterius itu. Terpenjara dalam rumahnya sendiri dan terancam t...