HMR -7- Buang Sial!

11.9K 1.5K 64
                                    

Pantulan seorang wanita di kaca pintu Instalasi Gawat Darurat membuat semua orang berpaling memandang ke arahnya. Rambut sebahu, lipstik peach, pakaian kerja berwarna hijau dan tas hitam kecil yang sering ia bawa.

Gadis itu berjalan dengan sepatu kets yang menutupi kaki putihnya. Melangkah mantap dengan percaya diri menuju kamar ganti.

"Woaaah, welcome back Miss Ataya," seru Ridwan yang standby menunggu waktu berakhirnya dinas malam.

Ata tersenyum sinis. "Lebay!"

"Kirain, udah resign," timpal Asni yang baru saja datang dari ruang ganti.

"Aku? Resign? Hah?" Ata mengibaskan rambut barunya ala iklan sampo. "Ga masuk aja, aku dicariin ampe diteror siang malem ga berhenti diteleponin. Apalagi kalau aku resign. Begitu ngajuin, udah langsung dirobek, kali."

"Eh, tapi ada yang beda, loh. Kamu lebih ...," Ridwan menilik Ata sambil memicingkan matanya.

"Lebih fresh,"

"Lebih cakep,"

"Lebih kece," timpal Hani, Iwan, dan dokter Sandi--salah satu dokter jaga di IGD.

Lagi-lagi Ata menyunggingkan senyum termanisnya. Senyum yang selama ini tidak pernah ia tampakkan.

Semua orang sampai melongo melihat perubahan Ata. Dokter Sandi yang notabenenya sering menggoda Ata, menempelkan punggung tangannya di kening Ata sambil merasakan panas tubuh gadis manis itu.

"Panasnya normal, loh. Ngga kayak orang kerasukan," ceplos dokter berbadan tegap dengan lesung pipi yang menekuk tajam.

Wajah Ata mengerut dan menepis segera tangan dokter itu dari dahinya. "Ya elah, Dok. Dokter kira saya kesambet? Jangan gila, dong."

"Tapi ni, ya. Gua tau banget elu kenapa," ucap Ridwan dengan logat betawinya.

"Kenapa, coba?" tantang Ata.

Ridwan kembali menilik Ata, dengan gaya matanya yang dipicingkan, ditambah tangan kanan yang ia taruh di dagunya ala detektif.

"Lu ... abis patah hati, ye?" tebak Ridwan.

"Hah, serius?"

"Kamu putus sama Dokter Candra?"

"Kenapa?"

"Kalian kan udah tunangan."

"Asli hubungannya udahan? Kalian tuh sempurna banget untuk jadi pasangan."

Semua orang yang ada di nurse station mencecar Ata dengan pertanyaan-pertanyaan seputar hubungannya dengan Dokter tampan dengan segala kesempurnaannya.

Ata tersenyum tipis sambil menyisir rambut dengan jari tangannya. "Sorry ya, ga ada yang namanya putus dalam kamus hidup aku. Ga ada yang sempurna di dunia ini. Cuma lagunya Rizki Febrian yang sempurna. Yang lain, nothing. Aku berubah kayak gini, buat buang sial."

"Kenapa putus? Ih, beneran deh. Sayang banget tau ...," ucap Dila dengan nada menyayangkan hubungan suster manis dan dokter kece itu sudah berakhir.

"Bilang, ga ya? Intinya, sih, hati-hati sama pelakor." Ata melirik sang Pelakor yang baru datang dari arah ruang ganti. "Pelakor itu ... diem di depan, liar di belakang. Jadi, hati-hati sama orang di sekitar kalian."

Ririn yang baru saja menginjakkan kaki di nurse station, terdiam seketika saat merasa dirinya dibicarakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia menelan salivanya dengan berat. Jantungnya berdegup kencang, membuat peluh mengalir deras dari pelipisnya. Wanita dengan poles make up yang cukup mencolok itu, menjadi salah tingkah.

He's in My Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang