HMR 17 - Pulang

9.8K 1.4K 56
                                    

H-3

Hari kedua absen kerja. Ata memutuskan untuk tidak masuk kerja setelah hari kemarin merupakan jatah liburnya. Ia masih trauma dengan perlakuan Candra terhadapnya. Bahkan ia membiarkan gawainya mati hingga sekarang.

Hidupnya terasa tenang dan tentunya ... membahagiakan karena Andri tak henti-hentinya menghibur Ata. Ada saja tingkah lucu yang membuat gadis itu tersenyum. Dari mulai memakai baju piyama Ata yang super ketat di tubuhnya tanpa izin, lalu bernyanyi ala kontestan pencarian bakat, dan masih banyak lagi yang Andri lakukan hingga membuat Ata tidak bisa menahan tawanya.

"Cukup, Ndri. Udah. Perut aku sakit banget. Kamu tuh harusnya ikut kontes Stand Up Comedy," ucapnya di tengah tawa.

"Demi kamu, aku rela begini. Asalkan kau baha ... gi ... a...," balas Andri dengan melantunkan lagu milik Armada.

"Jijik tau! Pantesan Lara ga mau. Kayaknya lebih adem bareng Indra daripada bareng kamu," celetuk gadis itu sambil mengusap air mata tawa yang berada di pelupuk matanya.

Andri menyilangkan tangannya sambil menatap Ata. Kemudian ia bergaya ala model majalah yang meletakkan tangannya di dagu.

"Mau adem? Masuk aja ke kulkas, pasti adem."

Ata melemparkan bantal yang berada di pangkuannya ke arah Andri. Gadis itu pikir Andri akan marah. Tapi lagi-lagi Andri membuat Ata memegangi perutnya yang keram menahan tawa.

"Stop, Ndri. Perut aku sakit. Berhenti deh ngelenongnya."

"Oke, aku berhenti. Kasian dede dalem perutnya keguncang mulu."

"Eh, dede dari Hongkong? Anak siapa?" Ekspresi tawa Ata berubah menjadi ketus.

"Anak kita, lah. Kan kita udah pelukan."

Seketika Ata kembali tertawa sambil melemparkan bantal kedua yang berada di sisi kirinya.

"Mana ada hamil gara-gara pelukan. Emang dipikir anak SD yang ngira pegangan tangan bisa hamil? Please deh Ndri. Kamu tuh-"

Ucapan Ata terhenti oleh suara bel. Ada seseorang di depan pintu apartemen yang pastinya tidak ia undang.

Ata berdiri dengan tawa yang ia tahan sambil menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan apa yang baru saja Andri katakan.

Namun, dengan sigap Andri memotong langkah Ata dan berkata, "Biar aku saja." Dibuat sekeren mungkin kemudian berlalu ke arah pintu.

Sedangkan Ata pergi ke dapur untuk menenggak segelas air demi membasahi kerongkongannya yang kering.

Sementara itu, senyum merekah terpatri di wajah Andri ketika mengintip tamu yang datang lewat lubang intip kaca pintu. Dia segera membuka pintu dan merentangkan tangan.

"Welcome my Lala!"

Wanita berkemeja putih dan celana jeans itu berdecih. Masih Andri yang selalu membuatnya tersipu. Masih Andri yang selalu menyambutnya. Masih Andri dengan senyum terbaiknya

"Ga berubah ya. Buronan aja masih rese," celetuknya. Padahal bukan itu yang ingin Lara ucapkan. Tapi Lara tidak mau membuat kakak iparnya itu merasa bangga diri.

Senyum Andri pun menghilang. "Oh, gitu ya. Kenapa ga sekalian aja laporin abang ke polisi. Biar seneng semua," ketusnya.

Giliran Lara yang tersenyum lebar. "Nah, mending liat Abang yang kayak gini daripada Abang yang tersenyum riang. Ini lebih membuat aku bahagia."

"Ga apa-apa deh. Asalkan kau baha ... gi ... a."

"Fals, Bang. Ini ga disuruh masuk?"

"Cium dulu," kata Andri sambil memajukan wajahnya dan mengarahkan pipi ke arah wanita bermata bulat itu.

He's in My Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang