☘Hanya kebetulan☘

498 50 0
                                    

Heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ(´▽`)/

"Nih anak sifatnya emang kayak gini, ya?" tanya Zirah sambil menatap Eldaro yang tengan ngemil. Dia bahkan tak perduli dengan perkataan Zirah.

"Woy! Lo pergi sono, ke mana kek. Gue mau ngomong berdua sama Holy!" usir Zirah.

Eldaro menyerup jus jeruk miliknya. "Ngomong aja, anggap aja gue debu atau angin. Gak keliatan."

"Tetap aja lo punya kuping dan bakal denger apa yang gue omongin. Ngumpul kek bareng teman-teman lo sana."

"Holy aja gak marah, kok lo yang sewot sih!" sengit Eldaro.

Zirah berdecak. Dia menatapku penuh bantuan. Sedangkan aku masa bodoh sambil mengangkat bahu. Selama seminggu bersama Eldaro. Aku sudah kebal dengan kelakuannya yang suka ngekorin orang. Marah juga gak ada gunanya. Karna dia gak bakal dengerin kata-kataku.

"Sifat lo kok kayak gini sih?"

Eldaro mengakat kedua alisnya. "Emang udah kayak gini dari lahir. Lo aja yang kurang update."

"Lo maksa gue buat lakuin ini," ujar Zirah membuat Eldaro was-was.

"Mau ngapain lo?"

Byurrr

Zirah mengambil kopi ku dan membuangnya ke baju Eldaro. Eldaro yang tidak siap dengan serangan Zirah. Terlihat pasrah.

"Ups sorry,sengaja. Mending lo ke kamar mandi bersihin baju lo," ucap Zirah dengan nada bersalah yang di buat-buat.

"Untung lo cewek!" geram Eldaro.

"Lah emang gue cewek. Cepat lo ke toilet sana," usir Zirah.

Eldaro memberikan tas dan hp miliknya padaku. "Istri jagain bentar ya. Jangan kemana-mana gue gak lama di toilet," ujar Eldaro sedih. Seakan dia mau pergi jauh.

"Sekalian gak usah balik!" pekik Zirah saat Eldaro mulai menjauh.

Kini kami sama-sama diam. Aku menunggu Zirah bicara. Sedangkan si empu hanya menatapnya aneh.

Kemudian terdengar helaan nafas Zirah. "Lo jangan cari gara-gara sama nenek lampir."

Aku mengerutkan dahi, bingung siapa yang di maksud nenek lampir oleh Zirah. "Siapa?"

"Gue denger tadi pagi lo sempat adu mulut sama Maula dan Sindy. Lain kali kalo mereka cari gara-gara gak usah di ladenin."

Aku mengangguk paham. "Gue usahanin, asal mereka gak mancing gue."

"Ini yang gue takuti dari lo, lo gampang naik tensis," protes Zirah. "Gue 'kan jadi kepikiran nasib Maula sama Sindy kalo lo ngamuk."

Aku mencuri pandang ke sekeliling kantin dan tak meladeni Zirah. Tanpa sengaja aku melihat cowok. Yang tengah berjalan dengan gaya khasnya. Saat tatapan kami bertemu aku mengakat tangan. Tanpa di minta dia langsung menghampiri meja kami.

"Gimana kabar penganti baru?" Jj menarik kursi dan duduk. "Lama gak ketemu, Zirah."

Zirah menatap acuh. Dia lebih memilih meminum minumannya.

"Akhir-akhir ini lo jarang ke beskem, yang lain nyariin lo. Gak ada lagi si Ratu balap, jalan jadi sepi."

"Holy udah punya suami di rumah. Jadi wajar kalo dia gak ke beskem lagi. Karna dia tuh butuh izin dari suami!" tekan Zirah.

Aku diam, tak perduli dengan dua orang di depanku ini.

"Gue ngomong sama Holy buka sama lo."

"Sebagai sahabat yang baik, gue bantu jawab." Zirah menatapku meminta persetujuan. Aku mengangguk. "Noh, Holy saja setuju."

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang