The end

1.1K 55 16
                                    

Heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ('▽`)/

Tak terasa sudah sebulan setelah pertemuanku dengan ayah berlalu. Tak ada yang spesial, hanya saja pertemuan pertama kami terasa canggung. Untung saja ada Eldaro yang selalu mencairkan suasana. Untuk pertama kalinya aku juga bertemu Hera. Ah, bukan. Siapa sangka kalau itu adalah pertemuan kedua kami. Pertemuan pertama kami saat di mall tempo hari. Matanya benar-benar mirip seperti ibu.

Ayah sudah bercerai dengan istrinya. Karena mendapati istrinya selingkuh dengan salah satu bodyguard-nya. Dan sekarang ayah mencoba mendekati ibu.

Hubunganku dengan Eldaro semakin awet. Tak ada pengganggu atau hama. Membuat hidup kami tentram dan damai. Walau kadang Eldaro selalu bertingka menyebalkan.

Huek huek.

"Kita ke dokter, ya?" kataku sambil mengusap punggung Eldaro. Dari semalam dia terus muntah-muntah. Berusaha mengeluarkan isi perutnya walau yang keluar hanya air saja. Karena semua isi perutnya telah habis keluar semalam.

"Gak mau, paling cuma masuk angin biasa," tolaknya setelah itu mencuci sudut bibirnya.

Kami keluar kamar mandi. Aku duduk di tepi kasur, sementara Eldaro sudah berbaring lemas.

"Perutnya aku gosokin minyak telon, ya?" Aku mengambil minyak telon dalam laci nakas. Eldaro mengangguk dengan mata terpejam.

Aku mulai menggosokan minyak telon di area perutnya. Agar Eldaro bisa merasa mendingan. Belum juga beberapa menit. Dia bangkin dan lari ke kamar mandi. Aku langsung mengikutinya.

Huekk huekk huekk.

"Hah ... ha ... ha," deru napas Eldaro yang tidak beraturan.

Eldaro kembali mencuci mulutnya. Dia berbalik dan tanpa aba-aba memelukku.

"Capek, muntah-muntah tapi gak ada yang keluar." Aku menyapu-nyapu punggungnya.

"Kan aku bilang apa. Kita ke rumah sakit skarang, ya? Udah dari semalam kamu muntah-muntah lho."

Eldaro menggeleng. "Gak mau."

Aku menghela napas. Susah juga membujuk orang sakit.

"Yaudah, kita balik lagi ke kasur." Aku memapah dia ke kasur. Eldaro kembali ke kasur.

"Aku gosokin lagi minyak telonnya ke pertu kamu?"

"Gak mau, baunya gak enak. Bikin mual."

Aku mengambil bubur yang hampir dingin di nakas. "Kalo gitu makan dulu. Biar kamu ada tenaganya sedikit. Dari semalam kamu udah ngeluarin semua isi perut. Makan, ya?"

Eldaro merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di dinding. Tanpa di minta dia langsung membuka mulutnya. Aku dengan telaten menyuapinya.

"Maaf udah nyusahin kamu. Padahal kita baru pinda, harusnya 'kan kita menikmati waktu berdua tanpa ada pengganggu di rumah baru," ujarnya.

Kami memang baru pinda tiga hari lalu di rumah Eldaro. Eldaro yang memutuskan pinda ke rumahnya. Katanya bosan tinggal di rumah orang tuanya. Terlalu banyak pembantu dan penjaga. Membuatnya tidak leluasa bisa beromantisan denganku.

"Ly."

"Hm."

"Ajarin aku naik motor, dong?"

Aku yang sedang asik mengaduk bubur di mangkok. Terkejut mendengar permintaan absurd Eldaro. Baru kali ini Eldaro sakit banyak maunya.

"Nanti, kalo kamu udah sembuh," jawabku akhirnya setelah berapa menit berpikir.

Eldaro menggeleng. "Gak, skarang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang