☘Menyebalkan☘

1K 100 5
                                    

.
.
.
.
.

"HAHAHA ... jadi lo di jodohin sama nyokap lo?" Zirah tertawa. Aku memanyungkan bibirku kesal. Bukanya menyemangati temannya ini. Dia malah tertawa. Menyebalkan. Seharusnya aku tidak usah menceritakan soal perjodohanku semalam padanya.

"Jadi gimana lo terima atau gak?" tanyanya.

"Ya gak lah!" Aku menggebu-gebu. Mana mungkin aku menerima perjodohan itu. Sedangkan aku tidak menyukai pernikahan. Jika perlu, aku tidak menikah sampe tua. Bodo amat soal orang-orang yang mengataiku nantinya.

"Gak boleh gitu lah. Tapi ngomong-ngomong calon laki lo tampan gak?" Zirah bertanya dengan nada menggoda.

"Dia bukan calon laki gue dan gue gak bakal menikah, camkan itu!" balasku dengan penuh penekanan.

"Iya iya deh terserah lo aja. Tampan gak?" tanya Zirah.

Aku diam. Bisa di bilang Eldaro itu tampan dan manis. Wajahnya tak bosan di lihat. "Lumayan."

"Berarti tampan dong. Nama-nama?" seru Zirah.

Aku berpikir dua kali untuk memberitahu siapa namanya. Jika aku beritahu entah apa yang terjadi padaku nanti.

"Holy," panggilnya karna aku tak kunjung menjawab.

"Au ah." Aku bangun dari dudukku dan mengambil gitar yang tergeletak di atas kamus Zirah. Ya, saat ini aku sedang berada di rumah Zirah. Melarikan diri dari ibu yang terus membujukku untuk menikah.

Setelah kejadian di meja makan semalam. Tingkah dan sikap ibu berubah total. Dia beruba layaknya seorang ibu pada umumnya. Membersihkan rumah dan memasak untuk sarapan pagi. Tidak ada lagi minuman keras di atas meja.

Aku memetik senar gitar, membuat nada gak beraturan. Seperti perasaanku yang sedang campur aduk.

"Kenapa lo gak terima aja lamaran semalam. Bukan gue maksa lo ya. Tapi gue punya filing mungkin perjodohan lo udah di atur saat lo masih dalam kandungan. Secara nyokap lo dan tante Melati itu kan sahabatan. Atau gak umur nyokap lo gak lama lagi. Jadi dia pengen liat lo menikah sebelum dia meninggal."

Bruk!

Aku melepar bantar ke muka Zirah. "Kebanyakan nonton drama lo."

Zirah berdecak. "Gak sopan lo main lempar-lempar sembarangan."

Aku menjulurkan lidah. "Bodoh amat."

Bruk!

"Hahaha," tawa lepas Zirah. Aku diam. Zirah baru saja membalasku dengan cara yang sama. Aku bangun menyimpan gitar. Sedangkan Zirah sudah berlari di ambang pintu sambil menggoyang-goyangkan pantatnya ke arahku.

"Zirah awas lo ya!" Zirah lari sambil tertawa. Aku langsung mengejarnya sampai di luar rumah.

"Mau kemana lo hah?!" teriakku kesal.

"Kabur lah." Dia balas teriak.

Aku mengambil sasapu lidih yang tersandar di pagar rumah. Zirah kembali lari.

"Abis lo kalau gue dapet!" Aku terus mengejarnya.

"TANTE SARI, ANAKMU MAU MEMBUNUHKU!" Zirah langsung masuk ke dalam rumahku.

"Kali ini lo gak bisa lep—." Perkataanku terpotong saat di ambang pintu. Aku menatap Zirah yang sama juga terkejutnya denganku.

"Lo!" Zirah menunjuk Eldaro.

"Zirah, Holy kalian ngapain? Trus Holy ngapain pegang sasapu lidih?" Ibu datang membawa satu jus jeruk di nampan. Zirah langsung berlari di belakang ibuku.

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang