☘Bahagia☘

610 52 1
                                    

Heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ(´▽`)/

Aku terbaring lemas di kasur setelah mengeluarkan banyak tenaga. Tadi aku habis mengambil semua bajuku di dalam gudang. Dan kembali mengisinya di dalam lemari.

Setelah kejadian tadi pagi Eldaro belum menunjukkan Batang hidungnya. Entahlah, sepertinya dia sedang tak berada di rumah. Katanya cinta tapi dia malah melarikan diri seperti itu. Ternyata benar tak ada cinta yang tulus. Aku mengerucut bibir, kesal. Entah kenapa ada rasa kecewa di hatiku.

Aku bangun berusaha menyadarkan diri dari pikiranku tadi. Karena terlalu capek aku jadi berpikir yang aneh. Sepertinya aku harus mandi agar menjadi segar kembali.

Di dalam kamar mandi aku menyalakan shower. Membiarkan air yang dingin menyentuh tubuhku. Tidak butuh waktu lama. Aku sudah selesai mandi dan keluar dengan mengunakan baju lengkap. Berjalan menuju meja rias. Memoles sedikit wajah dengan pupur dan menggunakan pelembab bibir. Setelah itu aku menguncir rambutku menjadi satu.

Sore ini aku berniat ke rumah Vano. Ada sedikit urusan dengannya. Aku membuka laci meja dan mengambil ponsel. Baru saja ponsel berada di tangan sudah ada yang menelfon. Aku berpikir antar angkat dan tak angkat. Soalnya nomor baru. Dan akhirnya aku memutuskan menekan panel hijau.

"Istriku sayang. Maaf tadi gue pergi gak bilang-bilang. Lo pasti khawatir ya? Karna gue tiba-tiba menghilang," cerca si penelfon yang tak lain adalah Eldaro.

"Sekalian gak usah pulang!" balasku. Terdengar suara tawa menggelegar di seberang sana.

"Mampus lo dia ngambek."

"Eh gila istri lo galak juga."

"Tipekal suami takut istri."

Suara dari seberang sana. Entah siapa pemilik suara tersebut. Tapi, sepertinya teman-teman Eldaro.

"DIAM, GUE LAGI NELFON SAMA ISTRI GUE. KALIAN JANGAN GANGGU!" teriak Eldaro sampai ke telingaku. Membuat aku sedikit menjauhkan ponsel dari telinga.

"Marah dia, bro."

"Holy hati-hati lho, Eldaro lebih gamas kalau malam hari apalagi di ranjang?"

"Kalau dia udah manja-manja gitu, awas aja udah ada maunya."

"Eh, eh, eh, wajah El merah tuh."

"Udah, udah, jangan bully dia lagi, kasian."

"Emang babi kalian semua!" kesal Eldaro. "Istri, selamatin gue. Gue di culik preman jadi-jadian." Suara menjadi sedikit manja berbeda dengan tadi.

"Kenapa bukan preman asli sih atau gak pisikopat. Biar lo gak pulang dan gak ganggun hidup gue."

"Secara halus lo doain gue mati. Tega banget sih jadi istri gue. 'Kan gue jadi gimana-gimana jadi suami," rengeknya.

"Ngomong apa sih?"

"Gue rindu dengan suara lo. Padahal baru beberapa jam gue di culik nih tapi udah rindu aja."

"Gue tutup!"

"Eh, eh, entar dulu tunggu gue selesai ngomong," cegahnya.

"Ngomong apa? Cepet gue ada urusan," dengusku.

"Urusan? Mau kemana?" Dia balik tanya.

"Bukan urusan lo. Jadi ngomong nih kalau gak gue tutup!"

Dia berdehem dua kali. "Tadi gue abis nonton drakor nih. Trus ada adegan jalan-jalan. Jadi gue kepikiran ajak lo jalan malam ini. Mau gak?"

"Gak," jawabku tanpa pikir panjang dan langsung mematikan telfon.

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang