☘Menikah☘

967 91 6
                                    

heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ(´▽`)/

Seperti dejavu. Ibu menepati perkataannya. Setelah acara lamaran semalam. Dan beberapa kesepakatan yang di bicarakan ibu dengan kedua orang tua Eldaro. Semua persiapan menikah pun langsung di siapkan. Hanya acara kecil yang di selenggarakan di rumahku. Orang-orang pun cuma keluarga dan teman dekat yang di undang.

Aku meminta izin pada dokter Mila untuk membawa ibu pulang karena acara pernikahannya akan di lakukan besok. Sesuai perjanjian sebelum ibu operasi. Walau sempat melakukan beberapa pemeriksaan. Ibu akhirnya di izinkan pulang.

Esoknya. Aku sekarang menggunakan gaun pernikahan yang cukup mahal. Wajahku yang tak pernah menggunakan riasan kini terias. Bahkan aku begitu kagum melihat wajahku yang tampak cantik.

Di dalam kamar yang sudah tertata rapih. Bahkan ada taburan kelopak bunga Mawar di atas kasur membentuk hati. Aku terduduk di meja riang dengan jantung yang berdegub kencang. Aku akan menikah, bukan, bukan akan lagi. Di luar sana terdengar suara Eldaro yang beberapa kali mengulang ijab kabul karena salah pengucapan. Mungkin gugup.

Kata orang menikah sekali seumur hidup. Jadi pernikahan itu bukan main-main dan jangan di buat main-main. Oleh karena itu banyak orang mencari pasangan yang benar-benar mencintai mereka apa adanya. Agar tak di ceraikan kedepannya. Mengingat kata cerai. Pikiran aneh terlintas di kepalaku.

"Cerai," gumamku.

"Apa? Cerai? Gila lo ya. Belum juga apa-apa udah pikirin cerai."

Aku sedikit terkejut, menatap ke arah pintu. Zirah berdiri dengan gaun anggun yang di kenakannya. Cantik, begitula kata hatiku.

"Eh mau kemana?" tanyaku saat Zirah menarik tanganku.

"Pliss, Holy. Sehari aja pikun lo jangan kumat. Ya kita ke depan lah sambut suami lo."

Aku diam. "Lha, udah selesai ijab kabulnya?"

Zirah menatapku dengan senyum yang di paksakan. "Pengen banget gue celupin muka lo di selokan depan rumah. Ayok, waktunya pasang-pasang cincin. Nanti selesai pasang cincin jangan lupa cium tangan laki lo," nasehat Zirah.

"Apa? Cium tangan? Gak ah," tolakku.

"Udah lakuin aja apa yang gue bilang. Sekarang ayo ke depan, jangan buat para tamu menunggu lama."

Kami berdua berjalan beriringan dengan satu tanganku di pegang Zirah. Jujur aku sedikit susah berjalan karena gaun pengantin yang terlalu panjang. Aku bahkan sampir terjatuh karena menginjak ujuk baju. Untungan ada tangan Zirah yang memegangiku.

Aku menatap seluruh tamu, semuanya adalah keluarga Eldaro. Senyumku terukir walau senyum paksa dan agak kaku. Zirah membawaku duduk di samping Eldaro. Dan kemudian dia bergerak mundur. Aku menatap Eldaro yang juga menatapku.

"Ayo pasang cincinnya," Ujar tante Melati.

Eldaro tersenyum dan menarik tanganku. Satu cincin masuk ke jari manisku. Akupun melakukan hal yang sama padanya. Setelahnya, seperti kata Zirah, aku mencium tangan Eldaro. Dan Eldaro mencium keningku. Eldaro bangsat!

〒▽〒

Aku tak mau jatuh cinta apalagi menikah. Dua hal yang sangat aku jauhi. Tapi, bagaimana sekarang? Aku telah menggunakan gaun pengantin. Dan berada di satu kamar dengan seorang lelaki. Yang sekarang telah menjadi suamiku.

Suasana menjadi hening antar aku dan Eldaro. Selesai acara yang menguras banyak tenaga. Aku kembali ke kamar tentunya di ikuti Eldaro. Aku duduk di sisi kasur. Menyisirkan jarak yang lumayan jauh.

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang