☘First kiss☘

663 54 1
                                    

Heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ(´▽`)/

Hari minggu. Aku dan Bunda tengah berkutip di dapur. Mempersiapkan makanan pagi.

"Holy kamu susun aja ini di meja makan. Ikannya nanti biar Bunda yang goreng," ujar bunda. Aku mengangguk dan segeran menyusun makanan di atas meja. Setelah selesai aku kembali menghampiri bunda.

"Bunda," panggilku.

"Kenapa?"

"Bunda punya alpukat?" tanyaku.

Bunda mengeryit kemudian menggeleng. "Gak punya. Emang mau buat apa buah alpukat?"

"Tiba-tiba aja Holy pengen buat jus alpukat. Tapi kalo gak ada juga gak papa."

Bunda mengakat ikan yang sudah selesai di goreng. "Kalo kamu kepengen banget nanti suruh Eldaro nyari."

Aku mengekori bunda yang menuju meja makan. Dan langsung menarik kursi di samping meja. Sedangkan bunda meletakan piring ikan goreng.

"Yang ada dia malah ke baperan lagi Holy suruh," gerutukku.

"Lho kok gitu, 'kan suami."

Aku menggeleng. "Gak ah. Eldaro orangnya nyebelin. Masa tiap hari ngekorin Holy, 'kan jadi risih."

Bunda terkekeh. "Eldaro kayak gitu?" tanya bunda seakan tak percaya.

"Tiap hari bunda kayak gitu. Bukan hanya di rumah, di kampus juga. Emang bunda gak nyadar?"

"Bunda gak nyangka aja dia bisa kayak gitu. Dulu Eldaro orangnya itu irit bicara. Tapi, semenjak ketemu kamu dia jadi sisi yang berbeda. Bunda bersyukur Holy di takdirkan untuk Eldaro dan menjadi bagian keluarga kami."

Aku tersenyum mendengar omongan bunda. Hatiku tersetuh melihat senyum tulusnya, mengingatkanku pada ibu.

"Kita makan sekarang. Holy tolong panggilin ayah sama Eldaro," pinta bunda.

Aku mengangguk dan segera bangkit. Memanggil ayah yang sedang berada di taman depan rumah. Setelah memanggil ayah aku menuju kamar. Di mana aku dan Eldaro tidur. Jangan pikir yang aneh-aneh, karena kami tidak tidur satu ranjang. Cukup sekali waktu di rumahku. Aku membuka pintu dan mendapati Eldaro yang masih tertidur di sofa.

"El, Eldaro bangun." Aku berdiri di dekat sofa. Tak ada jawaban hanya dengkuran kecil yang terdengar.

"Eldaro bangun." Aku menaiki satu oktaf nada suaraku. Masih tak ada gerakan. Aku menghembuskan nafas kasar.

"Woy bangke, bangun!" Aku mengguncangkan tubuhnya. Eldaro menggeliat, matanya terbuka kecil. Namun, kemudian tertutup lagi.

Aku mendengus kesal. Tanpa aba-aba aku menarik kasar tubuhnya hingga terjatuh dari sofa.

"Argh!" rintinya.

"Gitu kek dari tadi," ujarku sambil melipat tangan di Dada. "Bangun trus cuci muka atau mandi terserah lo asal jangan lama. Yang lain udan nunggu di meja makan."

Eldaro bangun sambil mengusap bongkongnya. "Gak ada romantisnya!" dengusnya sambil berlenggang masuk kamar mandi.

Aku mengerut. Gak ada romantisnya? Idih berharap banget tuh anak.

〒▽〒

Selesai makan aku membantu bunda membersihkan meja. Sementara ayah dan Eldaro berada di ruang tengah. Entah apa yang mereka bicarakan hingga membuat keduanya tertawa.

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang