☘Di tolak dosa, gak di tolak aku belum siap☘

946 64 2
                                    

Heppy Reading!
.
.
.
.
.
ヽ(´▽`)/

Sudah beberapa hari ini aku mendiami Eldaro. Dan sudah beribu-ribu kata maaf yang ku dengar darinya. Masa bodo lah. Aku masih marah dengan mereka. Bunda dan ayah juga udah balik dari luar kota. Dan meminta maaf padaku. Yang bisa aku lakukan hanya memberikan senyum terbaik walau hati sedikit berapi. Gak mungkin lah aku teriak-teriak. Gak enak di dengar tetangga.

Soal ayah, ibu tak jadi menghubunginya. Dan memberikan nomor si tua itu padaku. Ya, dia memang tak pantas di sebut ayah. Terlalu suci untuk orang yang berdosa seperti dia.

Tak!

Polpen yang aku pegang patah. Karena aku meramasnya terlalu kuat. Aku menghela nafas berat. Udah kayak orang ngangkat beban.

"Napa lo?"

Aku nengok ke samping. Zarah menatapku heran

"Apa?" tanyaku tanpa suara.

"Dosenya udah keluar. Ngelamun aja lo dari tadi. Mikirin apa sih? Beban hidup?" Singgungnya.

Aku merosotkan tubuh ke meja. Dengan pipi kiri yang berciuman dengan papan meja. Dan bibir sedikit maju.

"Udah kayak orang susah lo," sindirnya.

"Gue capek tau nggak. Pengen marah gak tau sama siapa? Hidup gue rasanya berat. Udah kena tipu di tambah datangnya kehadiran si tua dan dia."

"Kena tipu uang? Si tua dan dia siapa? Lo ngomong jangan kasih teka-taki kayak gini dong. Otak gue gak nyampe."

"Udah lah, nanti aja gue carita. Gue capek, lapar juga pen makan." Aku berdiri lemas. Menarik ransel dan berjalan keluar kelas. Di ikuti Zarah di belakang.

"Tumben Eldaro gak jemput lo di kelas?" tanya Zarah.

"Lagi ada praktek dia," jawabku seadanya.

Zarah berlari kecil. Menyesuaikan langkahnya denganku.

"Akhir-akhir ini gue jarang liat Jj. Lo tau gak dia di mana?" Aku memutar mata malas. Perasaan dari tadi nih anak banyak tanya. Gak ngertiin perasaan orang yang ngejawab apa? Ya kalo orang yang di tanya dalam ke adaan baik, gak papa. Nah ini yang di tanya dalam ke adaan lemas dan lapar. Lagi berusaha nyimpan tenaga buat ke kantin kampus. Yang jaraknya jauh banget.

"Kok lo diam sih, Holy. Gue nanya nih," celetuk Zirah.

"Buka suara lagi lo gue makan, mau!" ujarku penuh peringatan. Ini perutku udah bikin kesal bunyi terus. Untung aja bunyinya kecil. Kalo besar kan aku malu.

Ini salah sendiri gak makan tadi waktu di rumah. Lantaran lagi ngehindari Eldaro. Alhasil kan jadi kayak gini. Huh.

Sampai di kanting. Aku menyuruh Zarah memesan nasi goreng. Sementara aku mengambil beberapa snack dan susu kotak untuk penggajal perut.

Aku duduk adem ayem sambil nikmatin snack yang aku beli. Menunggu Zarah yang lagi mengantri. Aku mengedarkan pandangan pada lapangan basket. Yang kini para cowok-cowok tampan tengah bermain. Di pinggir lapangan banyak cewek-cewek yang histris alay. Menyebut nama bias masing-masing.

"Apa perlu aku main basken biar lo pandang."

Kaget. Kenal betul aku sama suaranya. Aku memiringkan sesikit kepala dan mengakat pandangan.

"Ngapain di sini?" tanyaku.

Bukanya menjawab Eldaro malah duduk di sampingku.

"Aku hampir mati karena rindu."

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang