sebelas

87 9 353
                                    


"Tak mau dirinya ada di antara kita. Cukup aku dan kamu saja tanpa dia. Untuk apa bertiga kalau lebih baik berdua. Cinta hanya satu tak perlu dibagi dua. Aku menginginkan hatimu seutuhnya. Jangan sampai terjebak dalam cinta segitiga",


Mahesa tersenyum menatap dua gadis yg sedang asyik sendiri menikmati penampilan dari grup musik yg sangat mereka sukai. Mahesa benar-benar memenuhi janjinya kepada Jihan, mengajak Jihan menonton grup musik favoritnya. Walaupun tidak benar-benar berdua karena ada Meisya, Mahesa tetap senang. Dia senang, bukan hanya karena dia mengajak Jihan pergi, tapi juga karena hari ini dia berhasil mengajak Meisya untuk melawan papanya.

Si kembar sempat tidak diijinkan keluar namun Mahesa malah mengajak Meisya kabur. Mahesa tidak peduli dengan apa yg terjadi nanti, biarkan dia menikmati waktunya sekarang.

Walaupun Jihan lebih sering bersama Meisya bahkan Mahesa hampir dilupakan oleh keduanya, Mahesa tetap senang.



"Sa.. Sorry gue telat."

Seseorang tiba-tiba menepuk pundak Mahesa. Mahesa hanya mengangguk tanpa berbicara apapun.



"Jihan sama Meisya kemana?"

"Tuh udah di depan."

"Terus lo diem aja disini gitu?"

"Ya terus mau ngapain? Mau ikut loncat-loncat kayak mereka? Biarin aja lah."

"Lo ngajak gue kesini bukan supaya lo bisa berduaan sama Jihan terus lo nyuruh gue buat ajak Meisya kan?"

"Kagak. Daripada lu nganggur di rumah kan? Mending kesini."

"Terserah. Abim kemana? Janu?"

"Abim sakit. Janu.. Ada urusan katanya. Jadi ya gue ajak lo."

Bram hanya mengangguk. Kalau dipikir kasihan juga Mahesa sendirian bersama dua orang gadis yg ehm... Susah dijelaskan. Benar kata Mahesa, daripada dia nganggur di rumah.



"Sa.. Oh ada Bram disini. Esa yg ngajak?"

"Iya Mei.."

"Oh.. Gabung disana aja ayo!"

Meisya langsung menarik Bram dan Mahesa menghampiri Jihan yg masih diam di tempatnya. Jihan yg awalnya tersenyum menatap Mahesa, mendadak raut wajahnya berubah ketika melihat Bram datang. Tidak hanya sekedar datang, Bram terlihat asyik mengobrol dengan Meisya. Saking asyiknya sampai Bram terlihat tidak menyadari kehadiran Jihan.




"Lagu selanjutnya.. Lagu spesial untuk kalian-kalian yg lagi naksir sama temen sendiri. Semoga temennya cepet sadar ya.."

Mahesa langsung menatap Jihan yg kebetulan ada di sampingnya. Mahesa bingung ketika menyadari Jihan menatap ke arah lain, bukan ke arah panggung. Jihan menatap ke arah Meisya dan Bram yg sedang asyik mengobrol. Tatapannya seakan benar-benar terkunci kesana, entah kepada siapa tatapan Jihan tertuju.

Meisya? Sepertinya tidak. Lalu? Bram? Tapi kenapa?



"Sampai kapan kamu mencari.. Yg lebih baik tak kan pernah habis.. Mungkin dia teman baikmu, yg hingga kini menunggumu.. Tuk membuka hati.."

Jihan langsung mengalihkan pandangannya ketika Bram tidak sengaja menatapnya dan Mahesa melihatnya dengan jelas. Mahesa sudah tahu apa maksudnya dan dia merasa biasa aja. Mahesa merasa tidak ada yg perlu dikhawatirkan jika memang Jihan memiliki perasaan kepada Bram. Justru Mahesa merasa kasihan jika itu benar terjadi.

Seingat dia, Bram pernah mengatakan padanya kalau dia hanya menganggap Jihan sebagai adiknya sendiri. Menurut Bram, dia terlalu mengenal Jihan jadi tidak mungkin dia bisa menyukai gadis itu. Tidak ada lagi yg spesial menurut Bram. Mahesa justru merasa kasihan kepada Jihan.



QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang