tujuh belas

68 9 235
                                    

Ada yg potterhead gak? Hehehe...

"Ji, menurut lo, kenapa Voldemort gak bisa ngerasain cinta?"

"Ehm karena... Orang tua dia dari awal gak saling mencintai. Merope Gaunt kasih ramuan ke Tom supaya suka sama dia sampai akhirnya mereka nikah dan pas hamil, Merope kasian kalau Tom dikasih ramuan terus akhirnya dia berhenti kasih ramuan. Tom sadar dan dia marah terus malah ninggalin Merope. Kelihatan kalau semua itu di bawah pengaruh ramuan. Karena itu Voldy gak bisa ngerasain cinta."

"Oh gitu.. Berarti dia kasian ya?"

"Ya begitu lah..."



"Ngomongin apaan?"

"Ngomongin Harry Potter. Nih si Meisya lagi suka."

Januar hanya mengangguk lalu duduk di kursi kosong di depan Meisya. Ketiganya sedang berada di kantin, menghabiskan waktu bersama karena kebetulan jam kosong, semua guru ada rapat dadakan. Awalnya hanya ada Jihan dan Meisya namun karena Januar datang, bisa dipastikan sebentar lagi yg lain akan datang.

Jihan sibuk dengan bukunya, Meisya dengan ponselnya, sementara Januar dengan makanannya. Seperti kata Jihan, karena tidak sengaja mengintip Mahesa yg sedang menonton film Harry Potter, Meisya jadi penasaran dan ikut menonton. Jika Mahesa menonton hanya karena iseng sebab dia sudah pernah menonton, Meisya justru menonton dari awal dan baru selesai menonton semua filmnya beberapa menit sebelum Januar datang.


"Janu...ar juga suka kan?" tanya Jihan tiba-tiba.

"Lumayan. Udah pernah nonton sih tapi belum baca semua novelnya."

"Emang harus baca novelnya?" tanya Meisya polos. Membayangkan saja sudah malas untuk Meisya. Ya dia tahu novel Harry Potter setebal apa.

"Ya gak harus sih cuma lebih seru aja kalau sekalian baca novelnya."

"Aih tebel banget itu.. Jihan aja nanti yg cerita ke gue ya?"

"Kenapa gak nanya ke Mahesa?"

"Nanti pasti disuruh baca sendiri. Mana mau dia nyeritain!"

Jihan hanya mengangguk lalu kembali fokus dengan buku yg dia baca. Sesekali dia melirik kepada Januar dan Meisya yg sibuk berdua dengan makanan yg dibeli Januar. Jihan bingung, mereka seakan menyembunyikan hubungan mereka tapi terkadang seakan ingin menunjukkannya. Seperti sekarang ini, mereka sibuk berdua dan melupakan Jihan.

Jihan mulai terbiasa jika keduanya sibuk sendiri. Ya Jihan tidak masalah sih selama Jihan tidak benar-benar ditinggalkan sendirian seperti ditinggal di kelas sementara keduanya pergi entah kemana.


"Itu Abim? Ada mama papanya? Rapat yayasan emang Nu?"

"Iya katanya."

"Yang punya yayasan sebenernya papanya atau mamanya sih? Kok kayaknya mananya ngikut mulu?"

"Yayasan punya keluarga papanya, keluarga mamanya punya kantor notaris gitu, saling kerja sama bareng gitu. Gak paham juga sih. Abim cuma cerita itu soal keluarganya."

Di saat Meisya dan Januar mengobrol soal Abim, Jihan justru memerhatikan Abim dan kedua orang tuanya. Ada yg aneh dari yg Jihan lihat. Abim terlihat berbicara kepada mamanya namun wanita paruh baya itu terlihat tidak peduli. beberapa detik kemudian Abim terlihat diam dan menundukkan kepala sementara mamanya terlihat mengomel kepadanya.

Wanita paruh baya itu terlihat jengkel kepada Abim bahkan tidak segan dia menepis tangan anaknya ketika Abim berusaha meraih tangannya. Entah apa yg terjadi disana tapi Jihan bisa melihat wajah sedih Abim. Selanjutnya mama Abim terlihat pergi dari sana, meninggalkan Abim berdua dengan papanya. Kedua pria itu tampak berbicara serius sampai akhirnya sang ayah mengusap pundak dan rambut si anak lalu pergi dari sana, bersisa hanya Abim sendirian.


QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang