tiga puluh dua

60 6 79
                                    

Gak seru ya klo Mei sama Janu lancar-lancar aja gitu kan? 🤔

Sekali-sekali lah ya Janu yg pusing pacarnya direb... Diapain hayooo wkwkwk



"Mau kemana Bim?"

"Mau ke rumah Januar, pa."

Abim mendekati papanya yg sedang menonton televisi pagi itu. Pada akhirnya, Abim hanya hidup berdua dengan papanya, tapi itu tidak apa-apa. Abim justru merasa lebih bahagia sekarang.



"Kalian udah baikan?"

"Baikan? Siapa yg berantem?" tanya Abim bingung.

"Ya mungkin Januar marah karena kamu geser dia."

"Hahaha... Kita baik-baik aja pa. Gak segitunya juga."

"Papa cuma bercanda. Tapi, papa sampai sekarang tetap tidak percaya dengan ranking kamu."

"Cuma papa aja kayaknya yg anaknya dapet ranking satu bukannya seneng, tapi malah heran."

"Hahaha... Papa senang, tapi juga heran."

"Haduh..."

"Bercanda. Tapi, biasanya kamu ke rumah Januar sore-sore, kenapa sekarang siang berangkat?"

"Oh... Januar mau ajak makan-makan di rumahnya, kemarin dia ulang tahun, terus ini nanti mau sekalian mampir beli kado."

"Oh begitu... Ya sudah hati-hati. Papa nanti mau ke rumah om kamu jadi tidak perlu buru-buru pulang."

"Oke! Aku berangkat dulu pa!"

"Hati-hati!"



























Sudah hampir satu jam Abim berkeliling mall, tapi dia bingung harus membeli apa untuk temannya itu. Dia hanya cukup memberi kado untuk Januar karena untuk Jihan sudah dia berikan terlebih dahulu. Biasanya Abim tidak memberi kado untuk teman-temannya, tapi karena kemarin Januar sudah membantunya dan membuatnya sadar tentang hubungannya dan papanya, Abim ingin berterima kasih dengan memberinya kado.

Abim memasuki toko buku, tapi tak lama dia keluar. Dia pikir, percuma memberi Januar buku karena dia yakin buku yg dimiliki Januar sudah lebih dari cukup. Dia juga tidak tahu buku seperti apa yg disukai Januar jadi lebih baik tidak usah.

Abim masuk ke toko pakaian lalu terdiam sejenak. Banyaknya jenis pakaian membuatnya bingung.  Dia tidak tahu harus membeli pakaian yg seperti apa untuk Januar. Selama ini dia lihat Januar hanya memakai hoodie atau sweeter, Abim bingung tentang selera berpakaian Januar. Tapi kalau bukan baju, apa yg harus dia beli?



"Beli baju aja lah ya. Lumayan buat dia ganti pas tidur."

Abim memutuskan untuk menggampiri salah satu rak yg ada dan memilih beberapa kaos untuk Januar. Iya kalian tidak salah baca, Abim memang memilih beberapa kaos, bukan seperti Meisya yg hanya memberi satu kaos untuk Januar.


"Baju ini saja ya? Bagus untuk kamu."

Abim terdiam ketika mendengar suara barusan. Suara yg familiar untuk dia dan tidak pernah dia mendengar suara itu bicara selembut itu padanya.


"ya sudah, terserah kamu pilih baju yg mana. Yg pasti tadi papi menyuruh mama untuk menemani kamu berbelanja."

"Benarkah? Papi biasanya gak bolehin Rey ajak mami pergi, katanya mami harus istirahat."

"Sekarang kan ada mama? Jadi mama yg akan menemani kamu pergi jika mama tidak sibuk."

Abim meletakkan kembali kaos yg sempat dia ambil lalu berjalan mengikuti suara yg baru saja dia dengar lagi. Dia tidak mungkin salah, dia sangat mengenal suara itu. Abim mengintip dari balik rak tinggi, berusaha tenang ketika melihat seorang wanita paruh baya bersama anak laki-laki yg mungkin berumur sepuluh tahun atau kurang. Abim tidak salah, wanita itu benar mamanya.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang