pagi itu, langit masih gelap. belum waktunya untuk matahari menampakkan dirinya. angin bertiup lumayan kencang, membuat pagi itu menjadi lebih dingin dari biasanya. disaat semua orang masih menikmati waktunya di rumah, seorang pemuda terlihat berjalan di area pemakaman sendirian. seakan sudah biasa datang ke pemakaman sendirian, pemuda itu terlihat santai menyusuri jalan dimana kanan kirinya penuh dengan makam.
dia berbelok menuju sebuah jalan setapak yg terlihat kotor karena dipenuhi daun-daun kering. dia terus melangkahkan kakinya sampai akhirnya dia berhenti di depan sebuah makam. tidak hanya satu makam yg dia kunjungi tapi tiga. dia meletakkan bunga di masing-masing makam lalu kemudian berdoa. berdoa untuk ayah, ibu, dan juga kakaknya yg kini terkubur di hadapannya.
air matanya perlahan menetes, sedih mengingat apa yg terjadi beberapa tahun yg lalu. waktu itu dia belum paham apa yg terjadi karena masih kecil. dia tidak tahu kalau sejak hari itu, dia akan menjadi sebatang kara.
"tante kira.. kamu sudah tidak mau datang kesini lagi karena sudah lama tante tidak lama lihat kamu. ternyata kamu selalu datang jam segini?"
seorang wanita paruh baya tiba-tiba datang lalu meletakkan bunga lainnya di tiga makam itu. pemuda itu terlihat enggan menatap wanita yg kini berdiri di sampingnya. dia malah sedikit mengambil jarak dari wanita itu.
"tante seneng kamu mas..."
"bisa berhenti untuk terlihat peduli dengan saya?"
"apa? tante ini tante kamu. adik dari papa kamu. salah kalau tante peduli sama kamu?"
"adik? adik mana yg tega bunuh kakaknya sendiri? bunuh keluarga kakaknya lebih tepatnya."
"sudah berapa kali tante bilang kalau bukan tante pelakunya? lagi pula.. tante ini wali kamu sekarang, sudah seharusnya tante perhatian sama kamu."
"tante kira saya tidak tahu.. tante sebenarnya terpaksa ngurus saya. cuma supaya nanti waktu saya sudah bisa ngurus perusahaan papa, tante masih bisa dapet bagian kan?"
"Adrian.."
"stop calling me Adrian! i'm not Adrian anymore.."
pemuda itu langsung berbalik badan dan pergi dari sana. langkahnya mendadak terhenti lalu kembali berbalik badan.
"mulai hari ini.. tante gak perlu repot datang ke rumah saya. cukup kirim uang bulanan saya saja!"
"baby i love you.. say you love me too.."
Jihan terlihat asyik sendirian di halte, menunggu mamanya menjemput. hari ini dia berencana akan membesuk papanya bersama dengan mamanya, namun karena ada urusan mendadak, mamanya harus pergi ke suatu tempat dulu sementara Jihan menunggu mamanya datang. seperti biasa, earphone terpasang di telinganya, Jihan asyik mendengarkan lagu. semalam Meisya memberitahunya banyak lagu bagus.
"dancing in the mooooooonlight... dancing in the moooooooonlight.. oh Bram dari mana?"
Jihan tidak sengaja melihat Bram yg turun dari taksi di seberang. sepertinya dia baru pulang dari suatu tempat tapi.. Bram pergi kemana pagi-pagi? atau dia pergi dari semalam?
"Ji!"
Bram tidak sengaja melihat Jihan yg duduk sendirian dan langsung menghampiri gadis itu. Jihan melepaskan earphone nya dan tersenyum kepada Bram. Jihan kembali bingung ketika melihat Bram tidak membawa apapun. maksudnya, jika memang Bram pergi dari semalam, bukankah setidaknya Bram membawa tas?
"kamu dari mana?" tanya Jihan begitu saja.
"dari.. rumah oma." jawab Bram santai.
Jihan hanya mengangguk. dia tahu Bram sering ke rumah omanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
FanfictionQuerencia berarti tempat dimana seseorang merasa nyaman. Querencia tidak hanya ditujukan untuk teman tapi juga keluarga, dan semua orang yg membuatmu nyaman dan merasa aman. Mereka menyembunyikan masalah keluarga mereka di depan teman-teman dan jug...