tiga puluh tiga

37 6 32
                                    

"Ji... Liat deh..."

Jihan dan Meisya terdiam di depan papan pengumuman. Hari itu hari pertama mereka masuk sekolah dan resmi menjadi murid kelas 3. Tahun terakhir yg akan mereka lalui sebelum lulus dan jadi mahasiswa.

Sepertinya mereka tidak perlu berdiri di depan pengumuman untuk melihat mereka masuk kelas mana, karena kelasnya ternyata sama seperti di kelas dua. Artinya sudah dan akan tiga tahun, Jihan sekelas dengan Januar dan Meisya. Untung saja hubungannya dengan Meisya sudah membaik. Jika tidak, Jihan pasti ingin pindah sekolah saja.

"Abim beneran minta papanya supaya kelasnya gak diacak lagi ya?" tanya Jihan pelan.

"Iya kayaknya... Buktinya sama semua, gak ada yg diubah."

"Tiga tahun gue bareng Januar ya ampun..."

"Ih kan sama gue juga, Ji!"

"Iya sih..."

"Kok lo kayak sedih banget gitu sih mau sekelas sama gue lagi?"

"Bercanda Mei ya ampun... Ayo ke kelas aja."

Meisya hanya diam dan mengikuti Jihan yg merangkul lengannya. Kedua gadis itu berjalan melewati lorong kelas sepuluh untuk menuju kelas baru mereka. Kelas baru mereka ada di lantai satu, tapi ada di belakang, jauh dari gerbang sekolah. katanya supaya anak kelas dua belas gak ada yg kabur saat pelajaran tambahan dan itu benar ampuh. Jangankan kabur, ke kantin saja kadang mereka malas karena terlalu jauh dari kelas.

Melihat anak kelas satu yg berlalu lalang, ada yg sendirian, ada yg bersama temannya, Jihan jadi ingat waktu awal dia masuk sekolah. Waktu itu dia benar-benar sendirian, tidak ada yg dia kenal. Hanya Bram yg dia kenal, itu pun mereka beda kelas.

Di kelas dia hanya sendirian di saat teman-teman yg lain sudah memiliki teman. Hingga akhirnya ketika guru masuk dan memulai pelajaran, seorang pemuda tiba-tiba saja datang, dia terlambat di hari pertama sekolahnya. Tidak perlu dijelaskan dia siapa, kalian pasti sudah tahu dia siapa. Inisialnya Januar ya hihihi...

Januar yg baru datang kala itu langsung duduk di bangku yg ada di hadapan Jihan karena hanya sisa bangku itu kosong. Semenjak hari itu, keduanya menjadi dekat. Bisa dibilang ya Januar teman pertama Jihan semasa SMA. Kalau ada yg bilang 'cowok cewek kalau temenan pasti ada yg suka', itu tidak berlaku ke Jihan dan Januar, ya karena itu tidak pernah terjadi. Ya kan Januar sudah...


"Jihan! Bengong mulu lo!"

Jihan tersadar dari lamunan ketika Meisya menepuk pundaknya. Dia terkejut ketika melihat ada Abim juga bersama mereka, entah kapan pemuda itu datang.

"Kok ada Abim?"

"Lo ngelamun mulu sih. Mikirin apa sih? Mikirin Mahesa?" seru Abim tidak mau kalah.

"Apa sih? Gue duluan ya."

"Udah kangen lo sama Mahesa?"

"Gak ya! Gue mau ke ruang musik bentar."

Jihan segera berlari meninggalkan Meisya dan Abim berdua. Meisya dan Abim bertatapan sebentar lalu berjalan bersama menuju kelas mereka. Bukan Meisya namanya kalau gadis itu hanya diam. Sambil berjalan, Meisya terus berbicara sementara Abim dengan sabar mendengarkannya.


"Terus kan ya Bim... Lo dengerin gak sih?"

"Dengerin Mei. Lanjut aja ceritanya."

"Eh bentar dah. Nunduk dikit."

Meisya langsung berjinjit dan mengusap rambut Abim. Abim lagi-lagi hanya bisa diam karena perlakuan Meisya. Entah apa yg terjadi dengan rambutnya, Abim membiarkan Meisya melakukan apa yg gadis itu mau.


QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang