enam

84 14 342
                                    

"JIHAAANN!!! HALOOO!!!"

"kok?"

Bram mendadak bingung ketika meliha Meisya yg dengan riang gembira menyapa Jihan dan Jihan membalasnya dengan senang hati walau tidak seheboh Meisya. Meisya langsung berlari dan duduk di sebelah Jihan. Untung saja bus sedang sepi, hanya ada mereka berempat lebih tepatnya. Iya berempat, ada Mahesa kan?




"Itu kenapa?" tanya Bram kepada Mahesa. Mahesa hanya tersenyum tanpa berniat menjawab. Sesekali dia tertawa melihat Meisya yg bersemangat sementara Jihan terlihat bingung. Sepertinya Jihan bingung bagaimana harus menanggapi Meisya.


"Lah udah damai? Lo ngomong apa sama Jihan sampai mereka damai gitu?"

"Gak ngomong apa-apa."

"Bohong!"

"Iya. Gue gak ngomong apa-apa. Dia cuma cerita soal dia sama Mei kenapa. Terus cerita soal mamanya yg ngebet banget dia punya temen."

"Terus?"

"Ya gue bilang aja kalau mamanya begitu pasti karena gak mau lihat dia sendirian. Gue juga bingung kenapa harus Mei yg diajak temenan."

"Emang ada apa antara Jihan sama Meisya?"

"Rahasia."

"Kok gitu???"

"Gak sopan kalau gue asal cerita ke lo sedangkan dia yg punya masalah malah gak mau cerita ke lo."

"Tapi kok dia mau cerita ke lo?"

"Ya gak tau. Dia cerita sendiri. Udah lah gue mau tidur."

"Tidur di kamar bukan di bus."

"Lo gak tau aja semalem Meisya buka lapak konsultasi."

"Meisya masih siaran?"

"Semalem tuh. Mana di kamar gue."

"Gue bayangin yg suka dengerin dia di spoon tuh tahu aslinya Meisya gimana, reaksi mereka gimana ya?"

"Ya gak tahu. Udah diem. Gue mau tidur."

"Idih..."































"Mei serius!"

"Iya serius Ji! Gimana-gimana?"

Jihan memutar bukunya ke arah Meisya agar gadis itu bisa membaca dengan jelas. Dengan sabar Jihan mengajarkan Meisya tentang apa saja materi yg nanti keluar di kuis bahasa inggris. Sebenarnya mengajari Meisya bahasa inggris itu mudah. Meisya pintar bicara bahasa inggris, sayangnya untuk soal grammar dan teman-temannya dia gak paham. Singkatnya Meisya pintar bicara tapi tidak untuk teori. Iya harusnya mudah mengajari Meisya, sayangnya Meisya tidak bisa fokus, membuat Jihan kesal sendiri.





"Ooohh!! Iya iya gue paham sekarang. Aduh makasih Jihan!!"

"Hehehe iya.."

"Dih lihat tuh. Penjilat banget!"

"Tauk tuh! Kok mau ya si Jihan temenan sama dia?"

"Halah.. Paling Jihannya juga takut makanya diiyain aja temenan sama dia."

"Haha iya! Bisa jadi!"





"Ya setidaknya Meisya gak suka ngomongin orang di belakang kayak kalian sih." Semua langsung menatap Januar yg barusan berbicara itu.




"Kenapa? Kalau gue sih lebih milih main bareng orang yg suka bully daripada sama orang yg suka ngomongin dari belakang. Hati-hati aja. Biasanya geng yg suka ngomongin orang gitu, kalau salah satunya gak ikut kumpul, ya dia yg diomongin."

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang