lima

121 12 364
                                    

'Oji.. Kau mau kemana?'

'Bukan urusanmu!'

'Oh Jisoo!!'






"Wah.. Ngeselin nih cewek!"

"Ya ampun Jihan.. Mama kira kamu lagi belajar lho.. Ternyata nonton drama duh!"

"Hehehe... Lagi seru ini ma."

"Mama baru tahu kamu suka nonton drama."

"Iseng aja nonton terus ada drama bagus."

"Oh.. Drama apa? Tentang?"

"Tentang mucikari.."

"Gimana?!"

"Bingung jelasinnya. Mama nonton sendiri aja nanti!"

"Gak suka mama."

"Mama doyannya lihat usus goreng sama batu bata!"

"Kapan mama pernah lihat begitu?"

"Kalau gak salah TV di resto tuh pernah muter itu sinetron."

"Tapi mama gak lihat ya. Oh ya, kalau kamu gak sibuk, bantuin mama."

"Bantuin apa?"

Jihan turun dari kasurnya dan mengikuti mamanya keluar dari kamar. Jihan sempat terkejut ketika melihat ada banyak, ehm beberapa kotak makan lebih tepatnya. Sementara mamanya sibuk memasukkan kotak-kotak itu ke dalam sebuah paper bag, Jihan masih menatap mamanya bingung. Makanan sebanyak itu buat siapa?



"Ini kamu anter ke rumahnya Bram ya. Tadi mama sempet ketemu mamanya Bram mau berangkat kerja, pasti hari ini gak ada di rumah, gak tau sampai kapan."

"Mama pernah ketemu mamanya Bram?"

"Pernah, kenapa?"

"kok aku gak pernah?"

"Kamu masih sempet mikirin itu???"

"Ya kan cuma penasaran, mamanya Bram itu kayak gimana. Cantik kah? Harusnya cantik sih, Bram ganteng gitu."

"Oh Bram ganteng?" Mama Jihan menatap anak semata wayangnya itu jahil. Baru sekarang dia dengar Jihan berkata kalau temannya itu ganteng.



"Ya terus kenapa? Emang ganteng kan?"

"Oh gitu.. Ganteng ya sayang?"

"Mama kenapa sih? Mana sini yg mau dianter?"

"Nih, anterin ya. Salam buat Bram ganteng."

"Dih kenapa sih? Aku pergi dulu."

"Cuma naik dua lantai aja pamit kayak mau pergi jauh."

"Ya biarin. Dadah."

Jihan segera memakai sandalnya lalu keluar dari rumahnya. Dia langsung berlari ke arah lift begitu melihat lift sedang naik.

Jihan menatap sekelilingnya, seperti biasa, sepi. Jihan sudah terbiasa sebenarnya tapi kadang kala dia ingin merasakan tinggal di rumah yg benar-benar rumah, memiliki tetangga dan teman bermain. Disini Jihan hampir tidak punya teman, dengan tetangga sebelah juga tidak kenal.

Di rumah tidak punya teman, di sekolah pun tidak. Sebenarnya Jihan pernah punya tapi... Jihan terlalu takut mengambil resiko sampai akhirnya memilih untuk meninggalkan temannya dan berakhir kini dia hanya sendiri. Jika saja waktu itu dia tidak melakukan tindakan bodoh itu, pasti sekarang dia tidak sendirian.




Ting!

"Oh Jihan!"

Jihan terdiam ketika mengetahui siapa yg ada di dalam lift. Bukannya masuk, Jihan justru melangkah mundur menjauhi lift. Meisya yg awalnya semangat menyapa Jihan pun langsung menurunkan tangannya ketika melihat reaksi Jihan yg jauh dari kata bersahabat. Jihan berbalik badan dan pergi meninggalkan lift.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang