(عشرين)

421 35 4
                                    

Pintu terbuka. Rara langsung berlari ke umi abi. "Ra, pegang dulu, Ahmadnya. Umi karo abi mau cuci kaki dulu," Rara mengambil Ahmad dari gendongan umi. 

Dia pun menghampiri Azmi yang sedang sibuk dengan hape nya . "Main apa sih, mas. Sibuk banget," Azmi menatap Rara. "Nggak," Azmi langsung menaruh hapenya di dalam saku. "Kenapa?"

"Nih pegang, bentar,"

Azmi menggendong Ahmad. Rara lari kebelakang. Balik-balik membawa kotak kayu. "Nih. Buat Mas Azmi,"

"Dari siapa?"

"Buka aja,"

Azmi membuka kotak itu. Terlihatlah foto-foto pernikahan Maryam dan Azmi. Proses lamaran, ketika mereka jalan-jalan, mereka menikah, semuanya ada di dalam kotak itu. Berbentuk foto. Azmi dengan diam menatap semuanya. Kenangan-kenangan itu berputar kembali. 

"Jaga, Maryam,Mi. Dia permata berharga,"

Pesan Bunda Noeriz terputar-putar di kepalanya. Apakah keputusan yang ia perbuat benar? Apakah Maryam seperti itu?

Azmi sedikit mengacak-acak foto yang sudah tertata rapi. Terlihat amplop putih. Dia mensobek bagian kiri surat. Tangannya mengeluarkan foto tersebut. Terdapat foto USG. Yang pasti itu adalah punya Maryam. Terdapat juga surat keterangan dokter bahwa Maryam dan bayi yang sedang ia kandung baik-baik saja.

 Terdapat juga surat keterangan dokter bahwa Maryam dan bayi yang sedang ia kandung baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azmi membalik foto USG tersebut. Terdapat tulisan Maryam yang kecil dan rapi. 

Alhamdulillah, kata dokter aku hamil anak kembar, mas :)
Katanya sih pasutri
Kalo namanya ini bagus gak mas?

Afsheen Hanan Askandar
Asad Baihaqi Askandar

Walaupun kita akan berpisah
Kamu berhak tau, mas :)

Azmi langsung berdiri dan masuk kamar. Duduk di tepi ranjang. Mengusap mukanya. Ya Allah apakah semua keputusanku benar? Anak siapa itu? Bila anak itu lahir apakah Maryam sanggup mengurusnya? Ya Allahhh.... (Az)

🍉🍉🍉

"Jadi semuanya sudah beres?" 

Pria itu mengangguk. "Semua tanah ini sudah atas nama Ibu Maryam. Perusahaan juga sudah atas nama Ibu Maryam," 

Aku mengangguk. "Maafkan saya yang belum memberitahu soal warisan ini. Begitu banyak kasus yang harus saya selesaikan," 

"Tidak apa-apa. Jadi itu saja?"

Pria itu menggeleng. "Masih ada emas sebanyak 3 batang yang tersimpan di salah satu bank pegadaian di Jakarta. Kalau tidak salah yang paling dekat dengan rumah ibu,"

"Oke. Sudah semua?"
"Sudah,"

Aku berdiri dari kursi. "Terimakasih Pak Rian. Senang berjumpa dengan anda," Pak Rian ikut berdiri. Kami berdua saling menangkupkan tangan di dada. "Assalamualaikum,"

Perjalanan Mencari Nya (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang