(ثلاثة عشر )

1.2K 41 0
                                    

Ahkam menghela napas. Dia mengisyaratkan kepada Azmi untuk membawa Maryam ke kamar. Azmi menghampiri Maryam. Merangkul bahunya lalu menuntunnya untuk jalan. Di jalan, sesekali Azmi mencium puncak kepala Maryam sembari mengucapkan kata maaf.

Di kamar, Azmi mempersilakan Maryam untuk berbaring dulu. Barulah Azmi berbaring. Azmi memeluk Maryam dari belakang. Mulutnya melantunkan sholawat badar dengan pelan di telinga Maryam.

Maryam masih sesegukan. Tapi ia menikmati setiap lantunan sholawat yang keluar dari mulut suaminya. Cukup untuk menenangkan hati.

🍉🍉🍉

Ahkam menghela napas. Tak lama, Azmi memberi pesan untuk tidur di samping kamar Azmi. Ahkam segera beranjak lalu menaiki tangga. Membuka pintu. Ia butuh berwudhu. Dengan lemas ia menuju kamar mandi. 

Selesai berwudhu Ahkam melaksanakan sholat 2 rakaat. Tahiyyat akhir. Itulah kejadian ketika Fatimah masuk ke kamar. Dengan derit pintu yang sangat pelan dan keadaan yang gelap, Fatimah masih menyadari bahwa ada seseorang di sana. Mengucap salam. 

Dia berdoa sebentar lalu melipat sajadah. Dan berbalik. Melihat Fatimah berdiri mematung di ambang pintu. Matanya masih tajam walaupun keadaan kamar gelap. "Maaf, Fatimah. Ini kamarmu?"

"Mas A-a-a-ahkam?"

Hening. Fatimah segera tersadar. "Umm.. afwan, Mas Ahkam," Fatimah segera berbalik. Ketika hendak melangkah, tangan Ahkam mencegatnya. Fatimah terdiam. Tidak berbalik. "Silahkan Fatimah,"

Fatimah berbalik. Menatap Ahkam. Dia menggeleng. Tangannya mempersilahkan Ahkam untuk masuk. "Gak, Tim. Kamu lebih membutuhkannya. Cewek butuh privasi untuk auratnya,"

"Tapi nanti Mas Ahkam tidur di mana?"

Ahkam terkekeh. "Gampang itu. Aku bisa tidur di ruang tamu, kok," 
"Ya, udah. Sebentar,"

Fatimah buru-buru masuk ke kamar. Menyerahkan bantal, guling, dan selimut. Alis Ahkam terangkat. Bingung. Fatimah buru-buru enaruhnya di tangan Ahkam. "Buat tidur," setelah itu dia langsung masuk ke kamar dan menutup pintu. 

Dia masih berdiri di ambang pintu ketika Ahkam membisikkan kata-kata manis padanya. "Selamat malam, sebelum tidur maafkan semua orang yang sekiranya hari ini menyakitimu, sebab malaikat akan selalu mencatat apa yang kita perbuat,"

Ahh, mungkin itu tak manis bagimu. Tapi bagi seorang yang lelah membentengi sahabatnya mungkin itu cukup manis.

🍉🍉🍉

Fatimah kembali menarik selimutnya sampai menutupi kepala. Tak lama ia mendorong selimut itu dengan kakinya. Berulang-ulang. Akhirnya ia duduk. Ya Allah, kenapa aku gak bisa tidur? (F)

Ia mengambil wudhu kembali. Setelah itu merebahkan dirinya di kasur. Ia berulang-ulang mengganti posisi tidurnya. Kanan. Kiri. Dan dia menyerah. Kembali duduk. Mengambil kerudung dan berjalan menuju ambang pintu. Mungkin segelas susu bisa membuat aku agar cepat tidur. (F)

Sama pula dengan Ahkam. Ia pun tak bisa tidur. Bukan karena ia tak merasa nyaman dengan sofa. Ia sudah pernah tidur di atas sofa yang lebih parah dari sofa ini. Bukan pula karena hawa. Suhu di ruang tamu cukup dingin. Apakah ada yang aku pikirkan? (A)

Ahkam berulang-ulang mengucap istighfar dalam hati. Dan cukup lama ia beristighfar. Tapi matanya belum terpejam. Telinganya awas ketika mendengar derap kaki di tangga. Ketika sudah tak ada derap kaki lagi ia beristihfar kembali. Ya, derap kaki tadi mengganggunya.

Belum 5 istighfar ia ucapkan terdengar suara barang pecah dari dapur. Dengan segera ia bangkit dan berlari menuju  dapur.

"Fatimahhh.."

Perjalanan Mencari Nya (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang