"Azmi!"
Azmi menunduk. "Ngapuro umi abi. Azmi lancang," abi menghela nafas. "Sini Azmi. Bila kowe memang ingin tahu," Azmi duduk di antara umi dan abi.
"Kamu tahu itu surat tentang apa?" Azmi menggeleng pelan. "Itu surat wasiat nak. Dari kakakmu yang sudah meninggal. Azmi Iskandar,"
"Biar umi yang cerita kenapa kemarin kakakmu tidak ada,"
🍉🍉🍉
Azmi Iskandar. Anak pertama dari umi dan abi. Dia juga pesantren di Nurul Qodim juga. Akan tetapi Nurul Qodim ketika itu pernah kebakaran. Umi dan abi ketika itu belum dikasih tahu. Umi dan abi baru dikasih tahu ketika semua santri yang ada di dalam gedung sudah dilarikan ke rumah sakit.
Umi dan abi berusaha cari Azmi. Akan tetapi gak ada. Ternyata Azmi itu dilarikan ke rumah sakit di Jakarta karena lukanya serius. Dan pihak pesantren pun gak kasih tahu. Umi sama abi kira dia udah meninggal.
Umi dan abi sudah ikhlas. Lalu ternyata dia sudah menjadi profesor. Dan umi sama abi lebih terkejut lagi ternyata dia sudah meninggal. Dan dia sudah menikah dengan Maryam Hanifah Abidah.
🍉🍉🍉
"Dan di surat itu tertulis bahwa Azmi Iskandar meminta Maryam untuk menikah denganmu, Azmi Askandar,"
Azmi terdiam. "Bagaimanapun itulah adalah wasiat nak. Mau kamu tolak sekeras mungkin kamu harus menikah dengannya," mimpiku menjadi nyata! (Az)
"Baiklah umi. Besok biar kita ditambah Gilang meminang Maryam,"
Umi dan abi tersenyum."Umi percaya setiap jodoh yang dipilih anak umi pasti baik-baik. Maryam pasti baik," Azmi tersenyum. "Aku sudah mengenalnya," umi dan abi mengucap syukur. "Ada fotonya?" Azmi mengangguk. Dia menyerahkan beberapa foto cetak yang diberikan Fatimah.
"Dia memakai cadar?" Azmi menggeleng. "Azmi cuman punya foto dia pakai cadar," umi dan abi mengangguk-angguk. "Cantik. Orang luar negeri?" Azmi mengangkat bahu. "Dia anak yatim piatu di adopsi," umi dan abi kembali mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Mencari Nya (REVISI)
روحانيات"Wasiatku untuk terakhir kali adalah pergi ke Pesantren tempatku dulu. Menikahlah dengan saudaraku, Azmi Askandar" Azmi Iskandar- "Aku seperti melihat engkau yang bangkit kembali," Maryam Hanifah Abidah- "Aku sama sekali tak tahu, Maryam. Ia datang...