"Hmm? Iya, bun. Iya.."
Azmi melihat Maryam yang sedang bertelpon dengan bundanya. Lalu duduk di sampingnya. Dan tiba-tiba Azmi mulai menyuapi Maryam. Mata Maryam mendelik. Azmi menggeleng dan menyuruhnya membuka mulut.
Maryam hanya menurut. Akhirnya dia disuapi Azmi sembari menelpon. Satu piring habis barulah Maryam meletakkan telepon. "Bunda telpon apa sih, dek? Kayanya serius banget,"
Maryam mengangguk. "Bunda suruh adek kuliah lagi. Adek gak mau. Terus kata bunda, ada 2 temen bunda dapet beasiswa. Tapi anaknya keburu kuliah di luar negeri. Pihak kampusnya juga bolehin itu beasiswanya dikasih ke orang. Nah kebetulan bunda ditawarin. Terus kata bunda ajak Azmi juga. Itu kan 2. Tapi harus di tes ulang. Pantes, gak,"
Azmi mengangguk-angguk mendengar penjelasan Maryam. "Kampus apa?"
"Di Surabaya, mas. Ya adek terima aja asalkan mas juga mau. Adek cuman takut pas adek jauh dari mas.. bakti adek selaku istri malah terbengkalai," Azmi mengelus kepala Maryam. "Mas bersyukur banget deh, mas punya istri sebaik dan secantik adek," Maryam tersipu malu.
"Kalau di Surabaya.. emm.. Universitas Airlangga bukan?" Maryam mengangguk. "Jurusan kedokteran mas. Mau?" Azmi berpikir sebentar. "Ya, udah. Ada rezeki gak boleh ditolak. Biar nanti mas yang bilang ke umi abi, ya,"
Maryam mengangguk senang. Dia segera memberi pesan pada bunda.
🍉🍉🍉
"Umm.. ya udah umi sama abi bolehin. Mulai tanggal berapa nduk?" Azmi mengangkat bahu. "Belum dikasih tahu, mi. Doain aja biar lulus tes," umi dan abi mengangguk.
🍉🍉🍉
"Hasil tesnya 5 menit insya Allah sudah bisa diambil," Azmi mengangguk. Ia pamit dan keluar. "Gimana?" sambut Maryam. "Alhamdulillah," Maryam menggandeng tangan Azmi. "Semoga lulus, ya.."
Azmi mencium kepala Maryam. "Percaya aja. Yuk ke kantin," Maryam mengangguk. Mereka berjalan menuju kantin.
🍉🍉🍉
"Kyaaa... Azmii!! Minta foto dongg!!!" seruan penggemar Mas Azmi mulai berdatangan ketika kami masuk kantin.
Aku langsung menggeser duduk sedikit. Dengan sedikit kesal aku menusuk baso. Lalu memakannya dengan sedikit kesal. "Ihh.. mbak misi dong kita mau foto nih," mataku menatap perempuan itu dengan kesal. Lalu tersenyum masam. Akhirnya aku pindah meja.
Setelah baksoku habis barulah kerumunan penggemar itu mulai bubar dan Mas Azmi menghampiriku. "Kenapa?" aku menatapnya dengan sedikit kesal. Tetap tak menjawab. Mas Azmi mulai tersenyum. Tangannya mengusap kepalaku. "Ya udah kalau belum mau cerita. Ayo," Mas Azmi mengulurkan tangannya padaku. Diam. Menatap lekat-lekat tangannya.
"Kenapa? Ada yang salah?"
🍉🍉🍉
Tangan Maryam menurunkan tangan Azmi. Alis Azmi terangkat.
Mengapa?(Az)
Dengan sedikit menunduk, bibir kecil Maryam mulai berkata. "Adek ingin... kita disini pura-pura gak kenal, ya, mas," dahi Azmi mengerut. "Untuk apa, dek?" Maryam menggeleng pelan. "Nanti mas tahu sendiri. Adek pamit. Assalamualaikum,"
Azmi hendak mengejar Maryam yang sudah pergi. Tapi otaknya berkata tidak. Hatinya berkata iya. Dia memutuskan untuk diam. Biarkan dulu.
Azmi menghela napas. Ia mengusap wajah. Ya Allah...
Kakinya bergerak untuk mengambil wudhu. Ya, ia menuju musholla. Keran ia putar. Gemericik air terdengar. Selesai berwudhu Azmi melakukan sholat 2 rakaat. Mengadukan seluruhnya dengan Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Mencari Nya (REVISI)
Spiritual"Wasiatku untuk terakhir kali adalah pergi ke Pesantren tempatku dulu. Menikahlah dengan saudaraku, Azmi Askandar" Azmi Iskandar- "Aku seperti melihat engkau yang bangkit kembali," Maryam Hanifah Abidah- "Aku sama sekali tak tahu, Maryam. Ia datang...