"Ehh, sebentar ada yang ketinggalan," Fatimah kembali masuk ke kamar setelah berpamitan dengan abuya.
Fatimah menuju toilet. Ia mengambil samponya yang bersebelahan dengan test pack Maryam. Hmm? Test packnya Mbak Maryam. Eh kok negatif? Katanya... jangan-jangan Mbak Maryam ketipu? (F)
Fatimah segera memasukkan test packnya ke dalam tas. Fatimah keluar. "Mas. Maaf aku gak jadi. Aku titip ini aja. Langsung dikasih ke abinya Mas Azmi. Ojo dilihat-lihat," Fatimah segera memberikan surat yang diberi oleh Maryam.
"Kowe mau kemana?"
"Nyusul Maryam!"Fatimah segera menelpon seseorang. " Assalamualaikum. Bang, Fatim butuh bantuan abang sekarang. Lagi di Surabaya, kan?"
" Waalaikumussalam. Gak. Lagi di Probolinggo,"
"Alhamdulillah. Bang, ketemu di jalan raya, ya,"
"Deket apaan?"
"Deket supermarket besar. Mau masuk jalan kecil. Bisa kan bang?"
"Insya Allah. Abang langsung ke sana, ya,"
"Iya. Fatim juga langsung ke sana. Makasih bang. Wassalamualaikum,"🍉🍉🍉
Sebuah mobil fortuner mendekati Fatimah. Sang supir membuka jendela. "Assalamualaikum, putri.." Fatimah tak menggubris. Ia langsung masuk ke mobil. "Waalaikumussalam, bang. Bang jangan banyak basa-basi. Kita langsung ke Jakarta,"
Abangnya hanya mengangguk. "Kenapa sih, Tim?" Fatimah menghela napas. "Maaf, bang. Fatim terlalu khawatir. Dion berulah lagi," abangnya membelalak kaget. "Ngapain lagi dia?"
"Sekarang dia nipu Maryam, bang. Maryam bilang bahwa dia hamil anak Dion. Sementara test pack menunjukkan bahwa dia negatif, bang!"
"Ihh, bener-bener tuh, nak,"
🍉🍉🍉
"Maryam kamu gak apa-apa?"
"Engg, gak apa-apa, mas,"Apa-apaan ini? Dion menipuku. Tapi test pack? Aku mengeluarkan test pack. Dengan air aku menggosok-gosoknya. Benar saja. Ternyata satu strip hanya digambar oleh spidol. Ugh!
Lalu sebuah panggilan masuk. Aku mengangkatnya. "Halo? Dengan Ibu Maryam?"
"Iya betul. Kenapa? Dan ini siapa?"
"Kami dari pihak Rumah Sakit Islam Al-Khawarizmi. Betul anda teman dari pasien yang bernama Putri Cinta Qomar?"
"Iya betul,"
"Ibu Cinta membutuhkan anda sekarang,"
"Memang Cinta kenapa?"
"Ibu Cinta sedang dalam masa krisis. Dokter memperkirakan dalam kedepannya Ibu Cinta sudah tak bernyawa,"
"Baik. Saya akan segera ke sana,"🍉🍉🍉
Maryam memakai sunblocknya. "Kamu mau kemana?" Maryam diam tak menjawab. Dia mengambil tas lalu membuka pintu. "Masss," Maryam menatap Dion kesal. "Jangan over protektif! Aku mau jenguk Cinta. Buka pintunya!" Dion membuka pintu lewat ponselnya.
"Assalamualaikum!"
BRAAK!
Maryam menutup pintu dengan keras. Dion menghubungi seseorang. "Awasi dia. Dia harus pulang ke rumah saya. Kalau dia keluar dari jalan-jalan menuju rumah saya. Cegat!"🍉🍉🍉
"Maaf mbak. Ada pasien bernama Putri Cinta Qomar?" Suster mencari di buku absen pasien. "Ada, mbak. Di kamar no. 332," Maryam mengangguk. "Makasih, mbak. Assalamualaikum!"
Dengan cepat Maryam berlari menaiki tangga. Untung saja kamar rawat Cinta tidak di lantai atas. Maryam membuka pintu kamar rawat Cinta. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam," suara parau Cinta dibalik alat napas menyambut Maryam. Maryam menghampiri Cinta. "Cin, kamu kenapa?" Maryam membelai kepala Cinta lembut. "Aku kena kanker serviks," Maryam tersenyum pada Cinta. "Sabar, ya. Ujian," Cinta tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Mencari Nya (REVISI)
Spiritual"Wasiatku untuk terakhir kali adalah pergi ke Pesantren tempatku dulu. Menikahlah dengan saudaraku, Azmi Askandar" Azmi Iskandar- "Aku seperti melihat engkau yang bangkit kembali," Maryam Hanifah Abidah- "Aku sama sekali tak tahu, Maryam. Ia datang...