"Hah?? Yang benar saja. Jangan asal tuduh, kamu Azmi,"
"Aku punya bukti, mas,"Azmi menceritakan semuanya. Dari awal sampai akhir. "Hhh.. aku tak bisa berucap lagi. Sudah, ya. Assalamualaikum," Ahkam menutup telepon. Azmi menjawab salam dalam hati.
Tiba-tiba ada yang mengetuk jendela. Nampaklah Maryam yang tersenyum lebar. Azmi mengisyaratkan untuk masuk mobil. Maryam pun masuk mobil. "Bismillah dulu, ya," Maryam mengangguk. Mereka berdua mengucap bismillah.
Mobil pun keluar dari garasi. Menuju sebuah gedung. Ahh, tapi sepertinya tidak pantas disebut gedung. Lebih tepatnya sebuah rumah dengan papan nama 'Gedung Askari'. Mereka berdua keluar dari mobil. Menatap rumah tersebut.
Azmi menggandeng tangan Maryam. Mereka masuk kedalam rumah tersebut. Terdapat anak-anak yang sedang belajar membaca. Kening Azmi mengerut. Apa ini? Sepertinya pemilik tempat ini orang baik-baik, (Az)
Maryam menatap Azmi. "Mass, apa ini?" Azmi menggeleng tidak tahu. Sepertinya anak-anak tersebut sudah menyadari kehadiran mereka. Akhirnya seorang anak menghampiri mereka berdua. "Maaf, apakah mbak dan mas mencari seseorang disini?"
"Ahh, kami mencari yang bernama 'Jhe'. Apakah ada?"
Anak tersebut tampak bingung. Dia menggeleng. "Tidak ada, mas. Boleh saya tahu nama mbak dan mas siapa?" Maryam memberi kartu namanya. "Dan ini suami saya, Azmi,"
"Ahh, Mbak Maryam, ya? Ibu pengurus kami bilang bahwa nanti akan ada tamu bernama Maryam. Sebentar, ya,"
Anak itu langsung berlari pergi dari hadapan mereka. Tak lama anak itu muncul kembali dengan seorang wanita yang agak lebih tua dari Maryam yang memakai masker. Tapi ketika mereka berhadapan sepertinya Maryam tahu orang itu. Tapi ia lupa namanya.
"Selamat pagi Nona Maryam dan Tuan Azmi. Saya Diah. Ibu pengurus Gedung Askari ini,"
Mereka berdua hanya mengangguk-angguk.
***
"Emm, bolehkah aku berbicara berdua dengan Nona Maryam?"
Hmm? Aku? Ada urusannya apa denganku? Kita pun baru berkenalan. Hmm tapi sepertinya aku dan dia bukan pertama kali bertemu. "Nona Maryam.. apakah boleh?" aku langsung tersadar. "Ahh, iya,"
"Mari,"
Aku diajak masuk ke sebuah ruangan yang terpisah dari Gedung Askari. Di ruangan tersebut ada 2 perempuan lagi yang sedang duduk. "Silahkan duduk," aku duduk dengan sedikit takut. Ruangan yang sedikit gelap dan tak ada cahaya sama sekali membuatku takut. Dan 2 perempuan itu wajahnya sangar.
"Kenal kami?"
Hah? Aku tidak bisa menjawab. Dan tidak terlalu dapat melihat. Ruangan ini begitu gelap. "Sepertinya kurang terang, ya," dia terlihat menekan sebuah tombol. Ruangan langsung terang seketika.
Aku sedikit silau. "Sudah kenal?" Mataku mengerjap-ngerjap. Tapi ketika aku melihat tiga orang itu aku langsung mengenalnya. "Kak Putri, Kak Tyas, dan Kak Ajeng," mereka mengangguk-angguk. "Masih ingat juga kau, ya,"
Jadi tadi dia berbohong? Pantas saja aku kenal!
"Ada apa kakak-kakak menemuiku?" aku sedikit waspada. Sedikit cerita saja, mereka sangat memusuhiku karena mereka juga mencintai Azmi Iskandar, mendiang suamiku. Mereka tidak terima akan pernikahanku. Untunglah mereka tidak berbuat apa-apa lagi karena mereka memang sudah lulus.
"Kau masih ingat teror yang menimpamu?" aku mengangguk. "Kakak pelakunya," Kak Tyas menggeleng. "Ohh, tidak cantik. Kami masih berlindung dibawah payung. Masih ada yang melindungi kami,"
![](https://img.wattpad.com/cover/210948319-288-k509745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Mencari Nya (REVISI)
Espiritual"Wasiatku untuk terakhir kali adalah pergi ke Pesantren tempatku dulu. Menikahlah dengan saudaraku, Azmi Askandar" Azmi Iskandar- "Aku seperti melihat engkau yang bangkit kembali," Maryam Hanifah Abidah- "Aku sama sekali tak tahu, Maryam. Ia datang...