Bayang

205 10 1
                                    

Aku berlari menghindarinya. Menghindari dia yang tidak pernah luput dariku. Aku benci dia! Keberadaannya mengusik, menembus dinding pertahananku.

Bagai keluarga keraton, di kala aku menginjaknya, aku merasa rendah. Makanya, hilang saja kau!

Usaha aku melangkahkan kaki di tempat gelap. Agar ia tidak tampak. Tetapi, cahaya tidak pernah pudar dari kehidupan. Padahal aku lebih memilih berjalan di kegelapan pekat dibanding terang benderang.

Warnanya abu-abu hampa. Mudah berbaur bahkan melebur menjadi satu. Pribadi yang lemah, tetapi begitu menakutkan.

Aku takut dengannya, ketika aku duduk merenung menatap aspal. Ia seperti menghadang kemanapun aku lewat. Ia selalu ada, menakutkan.

Bayangan yang tidak pernah pergi, selalu ada. Walau aku benci, dia akan tetap mewarnai hari-hariku. Satu-satunya warna kelam di antara warna mencolok di hidupku. Ya, walau aku benci, hanya dia yang akan tetap berada bersamaku selamanya.

HjàlpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang