Dia,
Yang gurauannya kadang sangat garing, segaring hidupku tanpanya sekarang.
Dia,
Yang selalu melontarkan ucapan bodoh, yang kosong, dan ditertawakan dengan suara tak berarti.
Kenapa sekarang malah aku yang merasa bodoh, kosong, tak berarti tanpa dirinya?
Tak sekedip pun waktu bisa aku menghapus bayangannya di dalam benak.
Semua hal tentang dirinya mengesalkan, tetapi dia selalu menyunggingkan senyum.
Tarikan bibir yang selalu membuatku lupa daratan.
Perasaanku terombang-ambing, labil. Bahkan teman sebangku ku bilang bola mata milikku ini menjadi kelabu.
Aku dan dia, yang menjadi dekat lantaran urutan tempat duduk, depan belakang. Biarpun kesal, ia telah membuatku tertawa setiap saat.Ini hanyalah sebatas perasaan antar teman.
Itu yang aku pikirkan selama ini. Tetapi, di kala teman sebangku ku berpersepsi lain, aku jadi semakin memikirkannya.
Apakah, senyum seorang teman, akan selalu mengukir sampai ke dalam mimpi?
Mengapa, ketika aku dijauhinya begini, hidupku serasa tak berarti?
Bagaimana, jika perasaan ini bukan perasaan berdasar pikiranku, tetapi sesuai dengan presepsi teman sebangkuku?
Tiga hal yang selalu melayang-layang di benakku. Karena teman sebangkuku, yang entah bagaimana bisa menuangkan pikiran ke dalam tulisan yang sebenarnya tak ku mengerti, membuatku menghembuskan napas lega. Aku telah menemukan jawaban itu.
Ya, dia adalah teman. Teman yang tanpa sengaja kuberikan sedikit bumbu yang lebih dari teman.
♢♢♢♢
Tema cerita, request dari : nadiyashrd
KAMU SEDANG MEMBACA
Hjàlp
PoetrySemua emosi, kesedihan, kebahagiaan, maupun khayalan yang aku tuangkan dalam kata-kata kiasan. Segelintir emosiku yang aku tuliskan, dalam paragraf-paragraf yang singkat.