Kenapa rasanya sesak sekali ya? Padahal kedua tangan dan kakiku ini bebas. Aku masih bisa berjalan, bahkan berlari. Berlari kencang layaknya binatang jalang.
Terikat. Ya. Aku merasa terikat. Kulirik bagian pinggangku dan kebelakang, tidak ada tali yang melilit. Apa jangan-jangan ular? Rasanya tubuhku teracuni.
Racun itu meradang dibenakku. Membawa kilasan masa lalu, lagi-lagi. Lagi-lagi. Berlari jauh pun tidak pengaruh, hal ini bak memeluk eratku tak mau lepas. Memeluk dan menikamku.
Entah kenapa, aku tak dapat beranjak. Pun seribu kilo aku berlari, aku bagai diam di tempat. Mematung sambil menengok ke belakang, sadar akan keterikatan.
Aku menutup mataku. Kepingan masa lalu, selalu menguasai otakku. Ketika aku hendak berpikir masa depan, atau paling tidak saat ini, benakku selalu berputar haluan menyusun kepingan puzzle itu.
Entah sejak kapan pula, semua ikatan ini, yang bukan tali maupun ular, dan pelukan erat tak nampak ini mengurungku. Mengurungku dalam belenggu masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hjàlp
PoesíaSemua emosi, kesedihan, kebahagiaan, maupun khayalan yang aku tuangkan dalam kata-kata kiasan. Segelintir emosiku yang aku tuliskan, dalam paragraf-paragraf yang singkat.