Bahagia

113 9 0
                                    

Kali ini aku sungguh bahagia. Ya, serasa matahari bersinar di tubuhku walau hujan mengguyur minggu pagi ini. Aku bahagia, walau banyak sekali cercaan yang dilayangkan orang sinis itu padaku. Tapi aku tidak ingin memutar otak untuk itu, karena aku sedang bahagia.

Cuaca hari ini pun membahagiakan. Sejuk sedikit gelap, kesukaanku. Tirani kehidupan yang selalu membuatku terkekang bahkan telah luluh lantah. Nelangsa dan merana juga lewat begitu saja, entah besok.

Ketika sesuatu dibalas dengan yang setimpal, bagaimana tidak bahagia? Meski juga harus menunggu bahkan seabad lagi, rasanya aku sanggup karena ditemani kebahagiaan ini. Dirasa pula tak akan ada yang bisa menandingi kebahagiaanku kali ini.

Ada yang bilang, di setiap putih pasti ada hitam di baliknya, ya, aku juga. Semakin aku bahagia semakin pula pembenciku ingin menjatuhkan. Tapi, kubilang sekali lagi, aku bahagia, dan aku rasa tak akan ada yang merendahkanku kala aku bahagia.

Aku bicara tentang tak akan ada yang menandingiku hanya untuk mereka, orang-orang syirik yang ketika aku melela sedikit, mencibir. Bahkan ketika aku tersenyum tulus pada mereka pun mereka malah mencela. Ya, manusia. Makhluk yang selalu ingin mencari kesalahan oramg lain.

Aku pendendam? Bisa dibilang bukan begitu. Aku mengatakan semua disini, agar mereka tahu akupun tidak menyukai mereka. Dan agar mereka tahu aku sedang bahagia, jadi sebaiknya jangan menggugatku sama sekali, karena itu percuma.

Mungkin aku bahagia hanya hari ini dan kemarin. Tak ada yang tahu kapan aku merasakan kebahagiaan lagi, terutama yang nyata. Mungkin besok, kebahagiaan ini akan sirna. Aku akan terlempar keluar kembali ke lautan kenelangsaan.

Kali ini, aku yang bukan pendendam dan selalu nelangsa ini menyatakan, bahwa aku bahagia. Bahagiaku yang pertama kali tercurah disini, dan tak tertandingi oleh macam kebahagiaan murah yang dimiliki makhluk syirik penuh nafsu pembenciku.

HjàlpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang