Si Mata Sayu

155 10 1
                                    

Hari ini dia tidak datang. Hariku jenuh tanpanya. Tanpa mata sayu yang selalu menyipit dikala senyum. Rintik hujan ini memainkan melodinya, seolah mengiringi rasa hatiku.

Si mata sayu tidak datang. Padahal, ia selalu tertangkap oleh mataku sengaja tidak sengaja. Hari ini membosankan, walau beratus-ratus makhluk huni di tempat ini, aku merasa sangat sepi tanpa kehadirannya.

Setiap pagi kita selalu bertemu. Tapi pagi ini, aku tidak melihat atau bahkan merasakan adanya. Setiap detik bahkan aku menoleh ke jendela, berharap dia sedang berjalan dan menoleh ke arahku pula.

Rintik pun berubah menjadi deras. Aku makin sendu saja rasanya, mata sayu itu tak nampak.

Pagi, bahkan sewaktu aku meninggalkan tempat ini pun tak ada dia. Hari ini padahal mungkin kami bisa pulang bersama-sama. Mungkin hanya aku yang berharap, ia sama sekali tak memperhatikanku.

Aku sedang dibawa oleh lautan orang. Berisik. Mereka menertawakan hal yang tak ada nilainya, bagaimana aku bisa ikut? Aku bosan makanya. Dan karena si mata sayu itu tak ada, aku menulis ini.

HjàlpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang