Akasia

361 15 3
                                    

Dia adalah pangeran. Pangeran yang selalu berada di titik utama penglihatan orang awam, maupun para putri tersohor. Wajah manisnya yang bahkan membuat hamparan bunga-bunga iri hati, merasa tersaingi. Dia pangeran, yang tidak akan pernah rela turun ke bawah, yang selalu aku mendongak bahkan hanya untuk meliriknya.

Hanyalah sebatang pohon akasia yang berada di sisiku sebagai teman curhat, maupun alat untuk mengamat. Pohon akasia yang kunaiki, kupanjat. Menutup arah pandangan seluruh makhluk kecuali para ulat lucu dan koloni semut, serta dedaunan akasia itu sendiri.

Lucu juga, pangeran impianku bahkan tidak mengetahui keberadaanku sama sekali, walau saat ia singgah di bawah pohon ini. Padahal setiap senja ia datang perkara ingin menatap mentari yang tenggelam dari kaki bukit.

Aku hanyalah budak. Ya, budak. Bahkan bukanlah orang awam; hanya budak yang menyimpan cinta rahasia terhadap sang pangeran. Pangeran dari istana yang tanpa sengaja kudengar rahasianya di balik dedaunan akasia ini.

Aku tahu semua masalahnya. Semua yang mengakibatkan ia berubah, sejak dua setengah tahun lalu aku memperhatikannya. Bukannya aku penguntit atau apa, dia yang selalu curhat pada pohon akasia ini. Pohon milikku.

Semakin 'ku mengetahuinya semakin dalam perasaanku, pun semakin jauh juga aku terjatuh dalam cinta yang penuh liku-liku. Jarak kami yang hanya dipisah oleh kira-kira lima belas kaki. Sebuah cinta yang sangatlah klise, dan tidak akan pernah terwujud adanya.

Ini bukanlah sebuah dongeng, di mana bahkan si buruk rupa pun akan menikah dengan seorang jelita. Ini hanyalah ceritaku, dimana seorang budak hanyalah budak, yang hanya bisa menatap pangeran dari balik rimbun akasia.

♢♢♢♢
Tema, requested dari : putri_meirizka

HjàlpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang