Chapter 19: The Realization

239 28 5
                                    

Izanami-san di mata Doppo adalah orang yang sangat keras kepala, bahkan dalam kondisinya yang sekarang.

"Sudah kubilang, dikurung di dalam sini sampai mati tidak akan membuatku merasa lebih baik," katanya sembari terkekeh. "Lagi pula, aku sudah kangen tidur di dalam kamarku sendiri."

"Tapi dengan kondisi Anda—"

"Jakurai-sensei saja setuju kalau aku pulang," kata Izanami-san. "Masa androidku sendiri malah menolak?"

Doppo menggigit bibir dengan salah tingkah. "Bukan begitu, tapi Anda butuh perawatan intensif—"

Izanami-san mendongak untuk menatapnya lekat-lekat dan tersenyum. Mengesankan sekali melihat bagaimana senyum itu memiliki khasiat menenangkan yang luar biasa. "Bukannya ada kamu?" tanyanya. "Selama kamu tetap menemaniku, itu saja sudah lebih dari cukup."

Doppo terdiam, tetapi dadanya bergemuruh. Sepertinya ia mulai paham bagaimana Izanami-san bisa menjadi host nomor satu di Shinjuku.

... dan entah kenapa, kenyataan bahwa Izanami-san telah berhenti dari pekerjaannya membuat Doppo lega.

"Doppo?" Suara Izanami-san membawanya kembali ke realitas. "Kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa."

"Kelihatannya kamu sedang memikirkan sesuatu."

"Tidak." Doppo menggeleng lagi. "Bukan hal yang penting."

Izanami-san kelihatan tidak puas dengan jawabannya, tapi setidaknya ia tidak bertanya lebih lanjut.

"Saya akan segera mengurus administrasinya, kalau begitu," gumam Doppo. "Saya harap Anda tidak keberatan menunggu."

Izanami-san menjawabnya dengan senyum. "Tentu saja."

"Dan cobalah untuk menghabiskan makan siang Anda."

Kali ini senyum Izanami-san menyusut. "Aku bisa mual."

"Izanami-san—"

"Daripada ini, lebih baik aku makan makanan buatanmu saja," potong majikannya. "Sudah lama sekali kamu tidak memasak untukku, kan?"

Doppo mengerjap, lalu tersenyum. "Benar juga."

Jinguji-san telah memberinya tugas untuk membahagiakan Izanami-san, maka Doppo bertekad untuk memenuhi tugas itu—bahkan dengan hal-hal sesederhana memasak untuk sang majikan.

.

.

Doppo pikir, Izanami-san di luar kungkungan rumah sakit akan terlihat lebih segar, terlebih kalau ia kembali ke dunianya sendiri—di tengah spasi kecilnya di dalam kondominium.

Sayang sekali, dugaannya salah telak.

Sel-sel kanker itu telah menguasai tubuh Izanami-san sedemikian rupa. Doppo tidak suka mengakuinya, tapi Izanami-san akan tetap terlihat sekarat di mana pun ia berada.

Tapi setidaknya Izanami-san terlihat lebih rileks, pikirnya. Dilihatnya Izanami-san yang memandangi ruang tamunya dengan mata berkilauan dan senyum lebar—dan itu saja sudah cukup untuk memberitahu Doppo bahwa nyawa sang majikan masih belum tersedot habis sepenuhnya.

"Rasanya sudah lama sekali," desahnya.

"Ya." Doppo mengangguk. "Saya pikir saya tidak akan pernah kembali ke sini lagi."

"Aku juga berpikir begitu," jawab Izanami-san. "Lucu juga, karena dulu aku bahkan sempat muak tinggal di sini."

Alis Doppo meninggi. "Begitukah?"

[HifuDo] WitheringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang