Chapter 17: The Truth

261 35 8
                                    

Wajah Jakurai terlihat begitu suram saat ia mengunjungi Hifumi pada malam hari.

"Kau bohong," katanya dengan nada yang sama suramnya. "Di telepon kau bilang kalau kau baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak begitu."

Hifumi memaksakan tawa. Dadanya masih terasa berat dan ia masih membutuhkan bantuan masker oksigen untuk bernapas, tapi setidaknya ia sudah bisa bicara lebih panjang dari sepatah-dua patah kata. "Aku tidak bohong," katanya. "Kebetulan saja aku kena sial tepat setelah menelepon sensei."

"Itu bukan sekadar 'kena sial'," tukas Jakurai. Dahinya berkerut-kerut. "Kau koma selama dua hari, tahu."

Hifumi tersenyum gugup sembari memainkan selimutnya. "Maaf."

Jakurai menghela napas. "Untung saja android itu ada di sana ketika kamu mengalami serangan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau kamu sendirian di rumah—"

"Tapi kenyataannya aku sudah baik-baik saja, kan?"

"Tidak seratus persen, tapi setidaknya tidak seburuk yang kupikirkan." Jakurai terdiam, lalu mendesah lagi. "Banyak hal terjadi ketika kau tidak sadarkan diri, ngomong-ngomong."

Kalimat itu otomatis mengingatkan Hifumi pada sesuatu. "Bicara soal itu, bagaimana Doppo bisa kembali ke sini?" tanyanya.

"Aku baru saja mau menceritakannya padamu," kata Jakurai. "Tapi kurasa lebih baik kalau Doppo yang mengatakannya langsung."

"Kurasa juga begitu."

"Dan bicara soal dia," Jakurai terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "Aku harus bilang kalau ini pertama kalinya aku melihat android yang terus memegangi tangan tuannya selama ia tertidur."

Hifumi tertegun. "Bukannya aku tidur selama dua hari?" tanyanya. "Masa dia sama sekali tidak melepaskan tanganku?"

Jakurai mengangguk. "Tidakkah itu menyenangkan?"

Hifumi tidak tahu harus menjawab bagaimana. Dadanya terasa sesak oleh informasi itu, dan ia yakin bahwa sesak itu tidak disebabkan oleh penyakitnya.

"Barangkali kau sudah tahu sebelum aku, tapi Doppo benar-benar tulus mengkhawatirkanmu," tambah Jakurai sembari beranjak dari bangkunya. "Jadi kurasa akan lebih adil kalau kau jujur padanya."

"Sensei, itu—"

"Kau tidak bisa menyembunyikan ini selamanya."

"Aku tahu, tapi—"

Tangan Jakurai menepuk bahunya. "Tidakkah kau akan lebih suka kalau Doppo-kun jujur soal masalahnya padamu?" tanyanya lembut. "Aku yakin kalau Doppo yang sekarang juga menginginkan hal yang sama."

Hifumi terdiam. Jemarinya semakin kuat meremas selimut.

[HifuDo] WitheringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang