12. The Gift

50 6 0
                                    

Finally its Friday~!!

aku selalu seneng kalo udah hari Jumat karena menandakan besoknya akhir pekan hehe

kalo kalian hari favorite nya hari apa gaes?

cerita dong di comment, sekalian votenya juga ya hihi

last but not least, selamat membaca~

.

.

"Kukira kita bakal pulang." Ucapku seraya meregangkan tubuh. "Duh badanku rontok rasanya dua hari ngga tidur."

"Bapakmu kenapa Han?" tanya mas Dendi memulai percakapan.

"Kecelakaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kecelakaan." Jawabku singkat. "Bukan kecelakaan tunggal sih, yang nabrak Abi katanya tanggung jawab bayarin biaya Rumah Sakit."

"Syukurlah." Jawab mas Dendi. "Tapi.... dari raut muka kayaknya kamu merasa terbeban, apa yang jadi pikiran kamu?"

"Ya karena Abi belum siuman mas." Ucapku lemah.

Mas Dendi memandangku penuh makna, "Maaf ya saya Cuma bisa hibur dengan ngajak kamu liat matahari terbenam." Jawab mas Dendi. "Kamu suka kan warna sunset gitu?"

 "Kamu suka kan warna sunset gitu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tau... dari mana?" tanyaku tertegun karena aku sangat suka warna itu.

"Dari mas Yahya dong." Jawab mas Dendi. "Dulu waktu kecil saya liat hal yang menyenangkan kalo lagi sedih. Jadi saya harap sunset bisa hibur kamu sedikit."

Aku terkesima dengan pemandangan matahari tenggelam 'pemberian' mas Dendi seraya langit mulai menggelap dan lampu taman di sekitar kami menyala. 

.

.

"Tadi sunset nya bagus mas, makasih ya." Ucapku seraya menyunggingkan senyum yang kemudian dibalas dengan mas Dendi yang iseng mengacak rambutku tiba-tiba dan turun dari motor sambil tertawa

"Loh jadi jelek? hahahaha." Ledek mas Dendi membuatku beranjak turun untuk mengejarnya namun kakiku tersandung sehingga tubuhku menubruk mas Dendi cukup keras, Jarak kami dekat sekali sampai hembusan nafasnya terasa di pipiku.

"Duh.... Kepala saya jadi kejedot tanah nih." mas Dendi mengelus kepalanya sontak aku bangkit membantunya bangkit.

"Maaf mas...." Jawabku grogi. "emmm masih sakit?"

"Muka khawatirmu gemesin juga ya." Komentar mas Dendi membelai pipiku sesaat membuatku sontak deg degan..

"..... Ih apaan sih mas." jawabku gugup seraya mendorong tubuh mas Dendi pelan.

"Mau liat respon kamu aja hehe ternyata... gitu deh hehe ntar kalo saya bilangin malah marah lagi." Jawab mas Dendi tersenyum jahil. "Yaudah yuk pulang."

.

.

"Kamu sekarang dijemput mulu ya sama anak kosan baru itu." Komentar Umi. "Kamu pacaran sama dia mbak?"

Aku terdiam sejenak, kenapa Umi bilangnya gitu padahal Abi kan melarang aku pacaran. "Ngga Mi deket aja kayak penghuni kosan lain." Jawabku.

"Dia gawe ya?" tanya Umi.

"Iya, guru bimbel." Jawabku lagi.

"Hmmmmm prospeknya boleh juga." Komentar Umi jenaka. "Bisa lah dikasih proposalnya sama Abi daripada pacaran mbak."

Aku mengeryitkan alis heran, "Belom tentu dia suka sama Hana." Jawabku.

"Ya jangan bilang gitu mbak, doanya biar dia suka kamu dong." Cetus Umi. "Udah punya karir, visualnya ngga mengecewakan. Langsung sabet aja lah mbak."

Aku menggaruk garuk kepalaku yang tidak gatal sambil menyembunyikan wajahku, jadi bingung kalo ngomongin mas Dendi.

Pembicaraanku dengan Umi malam ini berlanjut tentang hubungan dan pernikahan, Umi memberi tahu kalo ia duluan yang menyatakan perasaan pada Abi.

"Tapi yang ngelamar Abi kan?" tanyaku.

"Iya dongg." Jawab Umi. "Abi ngelamarnya di pantai, niatnya mau romantis tapi saking grogi... si Abi pingsan."

Aku tertawa terbahak bahak, Abi ternyata grogian juga.

"hemmmm jadi kangen sama Abi." Ungkap Umi kemudian matanya berkaca kaca dan tangisnya meleleh. aku memeluk Umi seraya menepuk punggungnya lembut.

Moment tanpa Abi di rumah mulai terasa sulit bagi kami.

.

.

.

See you next week!

Friday, 8th Jan 2021

From Home no.127 • NCT AU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang