"Kosan no 127? wah itu kosan beken banget karena penghuninya ganteng ganteng."
"betewe beneran ya... kosan no 127 isi penghuninya bening bening semua"
"kamu ngga pusing ngadepin cowo ganteng tiap hari?"
Kisah kehidupan Hana yang dikelilingi oleh buj...
"Mas?" aku menyelusuri tiap lorong sedikit panik, "Oh iya kenapa ngga ditelpon aja.... Lah.... Baterenya abis??"
Tiba tiba seseorang menubruk sehingga belanjaanku jatuh, kutatap sosok yang ternyata bang Luky. "Loh si cantik belanja juga disini?" ujarnya sambil menyunggingkan senyum cerah. "Kamu sendirian?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sama mas Dendi tapi kita kepisah, handphone ku lobet jadi ngga bisa nelpon." Ujarku.
"Daripada gitu mending jalan sama aku?" ucap bang Luky santai. "Nanti kuanter pulang deh, kan Umi udah kenal aku." Ia menggaet tanganku menuju ke lorong lain, ah... untuk sementara aku menemani bang Luky sambil mencari mas Dendi.
"Beli celemek buat siapa?" tanya bang Luky membuka pembicaraan.
"Buat Umi, mau kita surprise in nanti malem." Jawabku.
"Aku ikut ya?" pinta bang Luky.
"Kejutannya kan jam dua belas malem bang." Ucapku berusaha membuat alasan supaya dia tidak ikut.
"Santai, kalo calon mantu pasti diijinan lah sama Abi Umi hehehe." Ujar bang Luky membuat pupil mataku melebar . BARUSAN DIA BILANG APAA???
"Ma.... Mantu?" ucapku mengulang pertanyaan nya denga gagap, "Mau nikah sama siapa bang, kan anak Umi laki semua."
"Sama anak Umi yang perempuan lah, yang paling cantik." Goda bang Luky, "Kamu boleh pacaran ga sama Umi? Kalo boleh ya pacaran dulu etapi langsung nikah aja lah biar mantep."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DUAAAAAAAAAAR~~~~~~~~~! Ngomong nikah kayak nawar di pasar bang.
Lagian aku masih muda, baru kuliah semester tiga :((
"Eheheheheh.... Gimana ya heheh." Aku tertawa canggung.
"Kamu ga bakal nyesel jadi istriku secara mantanku cantik cantik jadi aku nganggep kamu juga cantik Han." Cetus bang Luky sembarangan.
Hah? Gimana?
"Hana!" Aku melihat mas Dendi terengah engah menghampiriku. "Maaf tadi saya ke kamar mandi ngantri, udah dapet kadonya?"
"U... udah sih." Jawabku. "Ni mau dibayar."
"Kata Pak Tirta penghuni 127 pada masak buat Umi." Ucap mas Dendi. "Jadi kita harus segera pulang, saya wajib bantuin mereka."
Aku menengok ke bang Luky yang tertegun melihat kehadiran mas Dendi kemudian pamit, "Du.... Duluan ya bang."
.
.
"HAPPY BIRTHDAY UMI!!"
Aku pergi ke balkon menjauh dari penghuni 127 yang sedang pesta barbeque bersama Umi, senang sekali kejutan untuk Umi berhasil dilaksanakan.
"Sendirian aja kayak jomblo." Tegur mas Dendi menyusulku.
"Jadi..... hari ini gimana perasaan kamu setelah jalan sama saya?" tanya mas Dendi, "Seneng? Sebel? Capek?"
"Se-- seneng seneng aja" ucapku gugup namun kututupi dengan tawa, "Capek.... Tapi seneng."
"Terus.... Tadi kucingnya kamu kasih nama siapa?" tanya mas Dendi memandangku dengan wajah ingin tahu.
"Denna..... namanya Denna." Jawabku malu-malu, "Gabungan dari Dendi dan Hana." ucapku seraya pipiku merona.
"Gawat Han... kamu gemesin banget jadi cewek." komentar mas Dendi menatapku intens.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ma.... maksudnya gimana?" tanyaku blank.
"Tiap pipi kamu merona.... saya deg degan." Tangan mas Dendi tiba tiba mendorong leherku membuat bibir kami bersentuhan.
"Ma.... Mas kok..... tiba-tiba gini?" ucapku panik serta merta menjauhkan diri dari mas Dendi, jantungku pun berdebar tak karuan, "I--Itu ciuman pertama aku dan la--- lagian anak anak Abi sebenernya---"