Mark langsung masuk ke dalam kamarnya, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh sudah. Ia tak menyangka jika hubungannya dengan sang suami akan berakhir karena orang ketiga. Bagaimana nasib anaknya yang masih kecil jika dia akan berpisah dengan Lucas. Mark tidak mau jika Jisung harus kehilangan sosok seorang ayah dihidupnya.
"Lucas hiks kenapa kamu tega sama aku hiks" Mark terduduk di lantai dengan kedua lutut yang ia tekuk tak lupa tubuhnya yang bersandar di ranjang.
"Setidaknya jika kamu ingin melakukannya pikirkan bagaimana nasib Jisung nanti hiks. Dasar bodoh, bedebah, brengsek hiks"
Mark menyeka air matanya kasar "Aku tidak boleh lemah, harus kuat. Masih ada Jisung yang harus aku urus. Jika jodohku dengan Lucas harus berakhir sampai disini, aku harus ikhlas menerimanya" Kemudian ia berdiri dan menuju almari yang terletak di pojok kamar.
Mengambil sebuah koper besar, ia mulai memasukkan pakaiannya dan sang anak kedalam. Tak banyak hanya beberapa. Setelah ini dirinya akan mengajak anaknya untuk pulang ke rumahnya. Tak peduli jika nanti keluarganya akan memberinya berjuta-juta pertanyaan.
Netranya jatuh pada figura foto keluarga yang terletak di nakas samping ranjangnya. Mengambilnya dan mulai mengusapnya perlahan. Ingatannya berputar dimasa ketika Lucas melamarnya dan mengucapkan janji tak akan pernah mengkhianatinya. Ketika Lucas selalu menemaninya ketika tengah mengandung buah cinta mereka. Ketika Lucas selalu ada untuknya baik suka maupun duka. Ketika Lucas menjadi pelindung untuknya dan Jisung. Mengingat itu semua membuat hati Mark kembali ngilu. Ia tak menyangka suaminya yang selalu ia puja, ia cinta dan jaga sepenuh hati tega mengkhianati cinta mereka.
Ia pun meletakkan figura itu kembali dengan posisi terbalik, mengamati ruangan kamar yang nantinya akan ia rindukan.
BRAK
Sebuah dobrakan pintu membuatnya terlonjak kaget, ia menoleh kebelakang guna mengetahui siapa si pelaku pendobrakan. Matanya membulat sempurna ketika sosok suaminya berjalan kearahnya dengan penampilan yang bisa dibilang tidak baik. Kemeja kantor yang tidak rapi dengan kancing atas yang dibuka, rambut hitam legamnya yang acak-acakan serta kedua matanya yang sembab, sepertinya ia habis menangis.
"L-lucas" ucap Mark pelan saat sosok suaminya itu bersimpuh di hadapannya.
"Maafkan aku hiks, Mark" ucap Lucas dengan kepala menunduk kebawah.
Mark tak dapat membendung air matanya lagi "Kumohon, Cas hiks jangan seperti ini," Mark mencoba menarik tubuh Lucas agar berdiri namun Lucas menolaknya.
"Aku minta maaf, Mark. Aku tahu aku salah. Aku tidak ingin berpisah denganmu. Ku mohon jangan tinggalkan aku" Ucap Lucas penuh penyesalan.
"Aku tak bisa, Cas. Keputusanku sudah bulat"
Lucas berdiri, mencoba menggenggam tangan Mark namun Mark menepisnya "Aku tahu kamu kecewa sama aku. Setidaknya pikirkan Jisung jika kita berpisah. Dia masih kecil, masih butuh keluarga yang lengkap." Lucas masih setia membujuk istrinya itu.
Mark bungkam, setengah hatinya membenarkan perkataan Lucas. Akan tetapi, setengah hatinya yang lain menolaknya mencoba membuat dirinya mengingat kembali pengkhianatan yang Suaminya itu lakukan.
Aku harus bagaimana?
"Mark. Ku mohon beri aku satu kesempatan lagi, aku janji tidak akan mengecewakan mu lagi." Ucap Lucas lembut sambil menggenggam erat tangan Mark
Mark terdiam, mencoba menimang-nimang perkataan dari Lucas, akankah ia memberinya satu kesempatan lagi, atau tidak? Dan tetap berpegang teguh pada keputusannya.
"Mark," panggil Lucas lembut.
Mark menghela nafasnya"Baiklah, aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Ku harap kamu tidak akan mengkhianatiku lagi"
Lucas tersenyum senang, ia lalu membawa tubuh ramping Mark kedalam pelukkannya "Terima kasih sayang, aku janji tidak akan mengecewakan dirimu lagi. Setelah ini aku akan mencoba berbicara kepada Kak Jungwoo" ucap Lucas kemudian mengecup pucuk kepala Mark.
Ku harap begitu, Cas.
"Bagaimana kalau sekarang kita buat adik untuk Jisung" Goda Lucas.
Mark sontak melepaskan pelukkan suaminya, kemudian menatap suaminya itu tajam"Bodoh kamu! Aku sedang tidak mood!"
"Ayolah sayang, kita sudah lama tidak melakukan itu"Goda Lucas sambil menaik turunkan alisnya.
"Tidak!" Tolak Mark. "Lebih baik kamu mandi sekarang! Lihat penampilanmu sudah seperti gelandangan!" Mark menatap penampilan Lucas dari atas sampai bawah.
Lucas mengabaikan perkataan Mark, ia malah menggendong Mark ala bridle style menuju kearah ranjang. Mengabaikan protesan dari istrinya itu. Kemudian menurunkan tubuh istrinya dengan hati-hati keatas ranjang, mengungkungnya.
"Ku mohon Mark, beri Jisung adik"Lucas memohon kemudian mengecup sekilas bibir Mark yang ada di bawah kungkungannya.
Mark menggeleng, menolak.
"Mumpung tidak ada Jisung dirumah"
"Ti-mpph" ucapan Mark terpotong oleh Lucas yang menciumnya tiba-tiba. Ia berusaha mengimbangi ciuman Lucas yang menuntut. Dengan perlahan tangan Lucas turun ke leher Mark mengecupnya pelan sebelum---
"Mommy, Daddy Jisung pul---ups" ucap Jisung sambil menutup matanya ketikan melihat adengan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak berumur lima tahun.
Mark yang mendengar teriakan dari anaknya sontak mendorong tubuh Lucas yang berada diatasnya. Membenahi penampilannya sebentar sebelum pada akhirnya berjalan kearah anaknya yang berada didepan pintu.
Ia merendahkan tubuhnya sejajar dengan anaknya itu"Jisung pulang sama siapa?" Tanya Mark.
"Jisung pulang diantar sama sopirnya Chenle" jawab Jisung. Kemudian matanya beralih kearah koper yang berada tak jauh darinya "Itu kok ada koper, Mom? Mommy sama Daddy mau pergi?" Tanya Jisung dengan mata yang berkaca-kaca.
"Itu tadi emm tadi--"
"Itu tadi Mommy lagi mau beres-beres mana mungkin kita ninggalin Jisung sendirian" ucap Lucas bohong sambil mengusap lembut rambut anaknya.
Mark yang mendengarnya tersenyum miris, Maaf sayang
"Kirain kalian mau pergi ninggalin Jisung buat bikin adik" ucap Jisung polos.
"Tidak, sayang" balas Mark
"Sekarang lebih baik kita pergi makan diluar. Daddy yang traktir" Lucas mengangkat tubuh kurus Jisung kemudian meletakannya di bahu lebarnya.
"Yeayy!!!"Seru Jisung semangat
"Tapi, Jisung harus ganti baju dulu ya" perintah Mark yang dibalas anggukan semangat oleh Jisung.
"Ayo Daddy! sekarang ke kamar Jisung"
"Ok, bunny. Lucas Airline siap terbang ke tempat Jisung,"Lucas berlari sambil menggendong jisung di pundaknya menuju kamar anaknya itu dengan Jisung yang tertawa senang.
Mark hanya menatap keakraban anak dan suaminya itu dengan pandangan sendu. Mungkinkah ia akan meninggalkan Lucas dan malah membuat Jisung bersedih karena kehilangan orang tuanya.
Semua ini demi Jisung.
•
•
•
Disebuah kamar Apartemen mewah terdapat seorang pemuda manis dan cantik tengah duduk di ranjang merah dengan tangan yang mengusap lembut perutnya yang sedikit menonjol.
"Sayang, Mama tidak akan membiarkan Papa meninggalkan kita. Mama janji akan nglakuin berbagai cara agar Papa menjadi milik kita untuk selamanya" ucapnya lembut diikuti senyum lembut.
Tbc
Aku merasa makin kesini ceritanya makin gaje dan gak jelas...
Maaf ya buat yang nunggu cerita ini lama up nya.
Moga-moga kalian suka.
Kira-kira di tim mana nih.
1. Lumark pisah
2. Lumark tidak pisah...Sampai jumpa lagi...

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Wong
Fiksi PenggemarBagaimana kelanjutan kehidupan pasangan muda Lucas dan Mark yang baru saja menikah? Penasaran? Silahkan baca! Sequel dari Rival or Boyfreind Warning! BXB! LUMARK!