delapanbelas

2.7K 242 118
                                    

Harus komen dan vote.. aku maksa xixixi...

------

Lucas menatap pintu bercat putih gading itu dengan perasaan rindu, sebab sudah lama ia tidak pulang kerumah dan bertemu dengan dua malaikatnya. Namun, di satu sisi juga ia merasa bersalah telah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami sekaligus ayah.

Ia menghela nafas sebelum tangan kanannya terulur memegang knop pintu namun tiba-tiba ia urungkan. Merasa tak pantas jika ia pulang kerumah dan bertemu dengan kedua malaikatnya. Sebab ia merasa telah menyakiti mereka berdua. Pergi untuk selamanya dari kehidupan mereka mungkin pilihan terbaik--- menurutnya.

Ia tatap sebentar pintu bercat putih gading itu sebelum berbalik hendak meninggalkan tempat tinggalnya. Namun, langkahnya terhenti oleh sepasang tangan mungil yang tengah memeluk erat kedua kakinya dari belakang.

"Daddy, Jisung kangen"

Senyumnya merekah sempurna bersamaan dengan rasa bersalah yang semakin besar. Salah satu malaikatnya memeluk erat dirinya. Berkata jika ia sangat merindukannya.

Melepaskan pelukan sang putra di kakinya, lantas membalikkan tubuhnya sebelum memeluk erat tubuh mungil putranya.

"Sayang, daddy juga merindukanmu" mengusap surai hitam milik Jisung.

Jisung melepaskan pelukkan ayahnya, lantas menatap sepasang bola mata hitam milik Lucas dengan mata berkaca-kaca.

"Hiks daddy kemana aja hiks? Kenapa daddy ga pulang-pulang  hiks? Apa Jisung nakal hiks? Apa daddy udah ga sayang sama mommy, sama jisung hiks? Makanya daddy ga pulang-pulang hiks"

Hati Lucas sakit mendengarnya, rasa bersalah semakin besar hinggap di jiwanya. Tangisan sang anak terdengar pilu di telinganya. Yang hanya dapat dilakukan sekarang adalah memeluk kembali tubuh mungil anaknya sembari menggumamkan permintaan maaf.

"Daddy ga usah minta maaf, lagian daddy kerja kan buat Jisung, mommy, sama adik bayi." Jisung mengusap lembut air mata yang mengalir dari kedua bola mata indah milik Lucas.

Adik bayi?

Kedua alis tebal milik Lucas mengerut heran. Berbagai pertanyaan hinggap di kepalanya. Siapa adik bayi yang di maksud jisung? Apa itu calon anaknya, yang berarti Mark sekarang tengah mengandung? Jika memang benar, Lucas akan sangat berterima kasih kepada Tuhan dan ia merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia.

"Daddy?"

Guncangan pada bahunya serta panggilan yang terlontar dari anaknya, membuat lamunanya seketika buyar. Ia menatap wajah tampan putranya dengan senyuman lebar.

"Jisung tadi bilang adik bayi kan?"

Jisung mengangguk semangat.

"Jangan bilang kalau Mommy lagi--"

"Iya Dad, waktu itu dokter bilang kalau di perut Mommy ada adik bayi. Jisung senang banget" Jelas Jisung, raut wajah Lucas semakin berseri bersamaan dengan senyum yang semakin lebar.

Dengan semangat, ia lantas membawa putranya ke dalam gendonganya sebelum pada akhirnya memasuki rumah yang langsung di sambut sang istri yang tengah terduduk di sofa.

Dengan langkah lebar, Lucas langsung berjalan ke arah Mark. Sesampainya disana ia segera menurunkan Jisung dalam gendongannya, sebelum pada akhirnya membawa tubuh mungil sang istri yang masih belum menyadari kedatangannya.

"Mark sayang, aku merindukanmu" ucapnya sembari mengusap lembut surai coklat milik istrinya itu.

"Lucas?" Gumam Mark, masih belum menyadari jika yang tengah memeluknya kini adalah suami yang sangat ia rindukan.

Keluarga WongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang