26 || Drama queen

723 57 6
                                    

Bugh

"Dasar mesum!" Ucapku setelah menggeplak keras lengan Pak Zein. "Yang ada sepatu saya duluan nanti yang nyium mulut bapak!"

Heran sama semua cowok. Yang di pikirin tidak jauh jauh dari hal semacam itu.

Pak Zein meringis pelan sambil mengusap lengannya yang baru saja aku geplak.

"Bercanda. Habisnya kamu bilang seperti itu, selain minta maaf apa lagi yang bisa saya lakukan? Anak TK saja tau kalau masa lalu tidak bisa di ubah"

Aku menatapnya sebal "Ya-- ya apa pun kek. Usaha, biar kejadian ini nggak terulang lagi"

Jadi laki laki kok kelewat santuy. Saat tersebar rumor yang berkaitan dengan dirinya pun, dia bersikap seolah tidak terjadi apa apa. Tidak mungkin kan dia tidak tau rumor tentang kami berdua? Dengan dia yang diam saja dan tidak membantah rumor seperti ini, membuat orang orang semakin percaya rumor ini memang benar. Dan disini aku yang paling di rugikan. Ya memang seharusnya kita tidak perlu peduli dengan hujatan orang lain, tapi aku sendiri tidak nyaman menjadi bahan perbincangan negatif. Apalagi kalian tau sendiri, kalau aku sampai mengalami kekerasan.

"Baiklah, saya akan mencoba menjaga jarak dengan kamu di kampus" ucap Pak Zein lalu berdiri meletakan baskom yang berisi air dingin tadi ke pencucian piring.

"Tapi ada satu syarat" ucapnya lagi saat ia sudah kembali duduk di sebelahku.

Di dunia ini emang bener gak ada yang gratis.

Aku memutar bola mataku malas "Syarat apa lagi"

"Mmm....." gumamnya sambil mendongakkan sedikit kepalanya ke atas seolah sedang berpikir. "Kamu harus turuti semua permintaan saya mulai sekarang"

Aku terkekeh sinis "Permintaan? Bukannya selama ini emang gitu ya Pak? Bapak selalu nyuruh nyuruh saya dan saya nggak bisa ngelakuin apa pun selain ngikutin permintaan bapak itu"

Dia menggaruk kepalanya sambil tersenyum tanpa dosa "Iya juga sih. Tapi yang ini beda, yang ini lebih menguntungkan kamu. Tenang saja" ucapnya sambil mengangkat singkat kedua alisnya.

"Ter.se.rah."

Memang apa lagi yang harus ku katakan. Kalau menolak pun pasti Pak Zein terus membujukku untuk menyetujuinya. Seperti tidak kenal Pak Zein saja. Dosen pemaksa, songong, suka seenak dengkulnya, tapi sayangnya dia juga baik. Sangat baik malah. Jaman sekarang mana ada dosen yang mau jadi sopir mahasiswi nya. Dia juga punya cara cara tersendiri untuk menghiburku. Seperti saat di rooftop. Walaupun berakhir bertemu mbak Kunti, tapi setelahnya pikiranku menjadi lebih rileks dan ada rasa bahagia entah mengapa. Ya ibaratnya moodku yang awalnya hanya 5% menjadi 100% seketika.

"Udah ah! Saya pulang, eneg liat muka bapak mulu" ucapku, kemudian berdiri berniat meninggalkan ruangan ini.

"Kamu lupa apa tujuan kamu kemari?"

Aku berdecak kesal. Iya juga, tujuanku kesini kan ingin konsultasi skripsi. Terpaksa aku menghentikan langkah kakiku yang sudah dekat dengan pintu. Aku memutar balik tubuhku menghadap Pak Zein.

"Apa?" Tanyaku berpura pura lupa dengan tujuanku kemari.

Pak Zein berdiri dengan mata melebar, tidak lupa ia menutup mulutnya yang menganga, Seolah olah ia sedang terkejut "Kamu sudah lupa?" Ucapnya tak percaya. "Apa jangan jangan kamu kesini karena kangen sama saya?" Ucapnya lagi sambil menyipitkan matanya.

Tapi tak lama dia berjalan mendekatiku. Menjabat tanganku secara tiba tiba "Selamat! Kamu sudah membuat saya baper! Jadi kamu harus bertanggung jawab" ucapnya yang di akhiri dengan kedipan satu matanya.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang