14 || Kondangan

957 69 2
                                    

• <> •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• <> •

Dengan perasaan tidak karuan, aku melangkah pelan keluar kost, menghampiri seseorang yang sudah standby menungguku didepan mobilnya. Tak ada keberanian sedikit pun untuk mendongakkan wajahku karena penampilanku malam ini yang jauh berbeda. Menggunakan make up tipis dengan rambut yang dikepang bagian atasnya, tidak lupa dengan dress putih elegan dan sepatu boots hitam yang diberikan orang itu kemarin. Pak Zein. Kalau bukan ide Raina, aku tidak mau susah payah berdandan seperti ini, meskipun aku hanya terima beres. Alias Raina yang mendandaniku, aku hanya duduk diam didepan cermin. Tapi apa boleh buat Raina dan ke-sok tahuannya itu. Raina bilang malam ini adalah malam kencan bagiku. Dan dia menduga duga kalau malam ini Pak Zein akan mengutarakan perasaannya kepadaku.

Sok tau sekali memang makhluk yang satu itu, padahal belum tentu Pak Zein menyukaiku. Pak Zein juga sudah menulis dengan jelas di surat itu bahwa pemberiannya kemarin hanyalah sekedar ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Tapi Raina ngotot berpendapat kalau Pak Zein benar benar menyukaiku. Ngomong ngomong soal surat kemarin, aku tidak menyangka kalau Pak Zein benar benar menulis surat yang menurutku agak sedikit berlebihan itu. Di satu sisi aku memang merasa kalau Pak Zein menyukaiku, tapi dengan dia yang tidak berterus terang, apalagi semua perhatiannya yang harus ada imbalan, itu membuatku ragu. Ada salah satu kalimat dari surat yang Pak Zein tulis, membuatku susah tidur malam itu. Tapi untuk kamu, saya akan lakukan. Secara tidak langsung, ia mengatakan bahwa akan melakukan hal hal yang tidak ia senangi hanya untuk aku. Tapi tidak tau lah, sebingung ini ya menerka nerka perasaan orang lain.

Tapi ini serius deh, semakin dekat jarakku dengan Pak Zein, rasanya tubuhku panas semua. Kakiku juga terasa kaku untuk berjalan, belum lagi kakiku juga ingin berbalik untuk menjauhinya. Tanganku yang sudah dipenuhi keringat dingin. Dan jangan lupakan jantungku yang seperti berada didekat pengeras suara orang yang sedang mengadakan pesta pernikahan atau semacamnya. Berdebar hebat. Terdengar lebay memang, tapi memang itulah yang aku rasakan saat ini.

Tak terasa, aku sudah berdiri tepat didepan Pak Zein. Terbukti meskipun aku sedang menunduk, aku dapat melihat sepatu pantofel hitam yang mengkilat di depan mataku. Aku menahan nafasku sebentar, kemudian memberanikan diri mendongak, menatap Pak Zein.

Deg.

Manusia didepanku ini benar Pak Zein? Mengapa,,, mengapa malam ini dia terlihat lebih.... mmh-- tampan. Aku pangling sekali. Hari ini dia mengenakan kemeja putih dengan celana dan tuxedo yang berwarna hitam. Dia menatapku nyaris tak berkedip sambil menyunggingkan senyum miringnya dengan tangan kiri yang bertengger di kancing bagian atas kemeja yang ia pakai.

 Dia menatapku nyaris tak berkedip sambil menyunggingkan senyum miringnya dengan tangan kiri yang bertengger di kancing bagian atas kemeja yang ia pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang