10 || Raina's Home (2)

934 67 0
                                    

"Malam bik Narmi" sapaku pada perempuan paruh baya itu, dan perempuan itu menoleh padaku.

Dia tersenyum hangat "Malam mbak Adis. Udah lama banget mbaknya nggak kesini"

Aku menunjukan deretan gigiku "Hehe abisnya sibuk banget bik. Ya kerja, ya kuliah. Pusing sebenarnya aku tuh"

Ia kembali tersenyum kemudian mengelus pelan lenganku "Ndak papa mbak. Usaha tidak akan pernah menghianati hasil" balasnya membuatku ikut tersenyum padanya. Dari dulu bi Narmi memang seperti sosok ibu bagiku. Amat sangat beruntung sekali hidupku bertemu orang orang yang selalu menyayangi dan menyemangatiku disini.

"Iya bik. Eh, Rainanya mana ya bik?" Tanyaku beralih menatap pintu utama yang sedikit terbuka, kemudian menatap bi Narmi lagi.

"Non Rainanya ada diatas. Tuan sama Nyonya masih istirahat dikamarnya" aku mengangguk anggukan kepalaku dengan bibir yang membentuk huruf O setelah mendengar jawaban dari bi Narmi.

"Masuk dulu ya bik" bi Narmi menganggukan kepalanya "Mau bareng nggak bik?" Tanyaku lagi padanya.

Bi Narmi menggelengkan kepalanya "Nggak perlu mbak. Bibik mau ke mang Tejo bentar"

"Oke" balasku sambil mengacungkan jempol tangan kanan "Bibik have fun ya sama mang Tejo" ucapku lagi sambil terkekkeh kecil.

"Iya. Mbak Adis juga have fun ya sama non Raina"

"Sip bik!"

Aku berlari lari kecil masuk kedalam rumah. Nuansa putih akan kalian lihat saat pertama kali masuk dirumah ini. Simpel tapi elagan. Dan hebatnya lagi, rumah ini dirancang sendiri oleh tante Dona, karena tante Dona juga berprofesi sebagai arsitek. Desain ruang tamu juga sangat simpel, tetepi akan membuat para tamu akan nyaman berada disini. Aku melanjutkan langkahku menuju kamar Raina, dan itu membuatku melewati ruang tengah yang biasa digunakan untuk kumpul keluarga. Hanya sekedar berbincang bincang ringan. Dan itu pun jarang terjadi karena orang tua Raina yang terkadang harus pergi keluar kota.

Aku melihat satu kamar yang ada disisi kanan ruang tengah ini. Kamar tante Dona dan om Raihan. Masih tertutup rapat, berarti benar yang dikatakan bi Narmi bahwa mereka masih istirahat. Aku melanjutkan langkahku lagi menuju kamar Raina yang letaknya ada dilantai 2 rumah ini. Sepi juga, rumah sebesar ini hanya dihuni oleh 3 anggota keluarga ditambah dengan bi Narmi dan mang Tejo. Itu juga alasan mengapa Raina dijodohkan dengan rekan bisnis Papinya, alias kak Kevin. Om Raihan menjodohkan mereka berdua supaya Raina ada yang menjaga, tidak kesepian ketika om Raihan atau tante Dona harus keluar kota. Sebenarnya aku juga sering ditawari untuk tinggal disini, supaya rumah ini tidak sepi dan juga untuk menemani Raina. Tapi aku selalu menolaknya karena tidak mau membebankan hidupku pada siapa pun. Lagi pula bila aku tinggal disini, aku juga tetap tidak bisa menemani Raina karena aku harus bekerja.

Ibu sering berpesan kepadaku untuk tidak perlu merepotkan orang lain dalam urusan hidup kita. Aku harus sebisa mungkin untuk menghidupi diriku sendiri.

Cklek

Aku membuka pintu kamar Raina tanpa permisi, karna itu memang kebiasaanku saat kesini. Begitu pula saat Raina datang ke kostanku, aku selalu dikejutkan dengan perempuan galau yang sedang tidur telentang diatas kasurku. Aku dan Raina itu sudah seperti saudara kandung karena sangking dekatnya.

"Misi mbak" ucapku iseng saat memasuki kamar Raina, tapi Raina tudak menjawab atau pun menoleh karena telinganya yang tersumpal oleh headset. Posisi dia juga membelakangiku.

Aku melemparkan asal tasku disofa yang ada dikamar Raina, kemudian berjalan mengendap endap mendekatinya.

"Woyy!!" Ucapku mengagetkan Raina sambil memegang kedua pundaknya.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang