17 || Insiden Suatu Malam

949 65 0
                                    

"Kak"

"Hm?"

"Seumpama kakak punya sahabat, terus sahabat kakak di brengsekin sama pacarnya. Kakak bakal ngapain?" Tanyaku pada kak Afi sambil melipat bajuku.

Saat ini kami berdua berada di ruang ganti waitress. Sekarang sudah jam setengah dua belas malam. Aku sift malam hari ini. Sebenarnya cafe sudah tutup dari setengah jam yang lalu, tapi aku masih disini karena harus membersihkan cafe terlebih dahulu.

"Emang udah terbukti selingkuhnya?" Tanya kak Afi balik

Aku menggeleng "Belum ada bukti sih"

"Nah. Sebenernya itu tugas lo sekarang" ucap kak Afi membuatku bingung.

"Tugas?"

"Lo harus selidiki, cari bukti itu cowok beneran selingkuh apa enggak. Habis itu ngomong sama sahabat lo, kalo cowoknya selingkuh atau enggak" jawab kak Afi.

"Kenapa gitu?"

Kak Afi memutar bola matanya "Ya supaya sahabat lo nggak lama lama pacaran sama cowok itu. Sebelum sahabat lo bener bener jatuh cinta. Supaya sahabat lo nggak cari tau sendiri juga"

"Emang kenapa kalo cari tau sendiri?"

"Lo banyak nanya deh!" Kesalnya "Ya nanti sahabat lo bakal lebih sakit hati lah"

"Ohh gitu"

Setelah melihat Raina menangis tersedu sedu waktu itu. Aku bertekad untuk tidak membuatnya tambah sakit hati. Aku akan memberi tindakan lebih lanjut kepada kak Kevin. Ya walaupun terkesan ikut campur urusan orang lain sih, tapi intinya aku tidak mau orang yang paling aku sayangi dipermainkan oleh laki laki. Aku hanya punya Raina, masa berkorban untuknya saja tidak mau. Anggaplah ini meluruskan perkara. Aku tidak mau Raina terus terusan terjebak dalam kebimbangan. Raina sering sekali membantuku, sekarang saatnya aku giliran membantunya. Ihhh banyak omong sekali aku. Padahal aku juga masih bingung harus melakukan apa dulu.

"Lo pulang sendiri?" Tanya kak Afi saat kita berjalan berdampingan keluar dari  cafe. 

"Ya mau sama siapa lagi kak"

"Gimana kalo bareng gue aja? Kebetulan hari ini pacar gue bawa mobil" tawar kak Afi kepadaku.

"Pacar?" Mataku membulat "Ohhh ceritanya mau pamer pacar baru yang tajir nih?" Ucapku bercanda.

Kak Afi terkekeh "Ya nggak lah. Dari pada lo jalan kaki. Mana ini udah tengah malam, bahaya"

"Nggak usah deh kak. Kayak gak tau gue aja. Udah biasa gue mah" tolakku. Sebenarnya kalau kak Afi tidak bersama pacarnya mau saja aku nebeng. Tapi ini sama pacarnya, dari pada aku yang jadi obat nyamuk nanti.

"Bener nih?"

"Iya. Udah biasa gue" tolakku sekali lagi.

"Lo hebat Dis. Bisa se-menerima ini dengan yang namanya takdir kehidupan"

Aku terkekeh "Apaan sih lo! Ngantuk ye? Makin malam makin ngelantur. Sono pulang!" Usirku sambil mengibaskan tangan.

"Yee dipuji juga. Gue pulang dulu ya. Bay!" ucapnya sambil melambaikan tangan.

Aku melambaikan tanganku juga padanya. Kak Afi memasuki mobil hitam yang tidak jauh dari cafe. Sepertinya itu mobil pacarnya. Eh, tapi kok aku seperti tidak asing ya sama mobilnya? Aku memperhatikan mobil itu yang mulai menjauh. Emh mungkin hanya perasaanku saja. Mobil seperti itu juga pasti banyak kali yang punya.

Sebelum berjalan pulang, aku melakukan ritualku. Memakai APD supaya terhindar dari jelalatan mata para maniak seks. Sebenarnya aku juga takut pulang tengah malam begini sendirian. Banyak penjahat kelamin yang berkeliaran di jam jam segini. Tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah malam, mana ada bis dan angkutan umum berseliweran. Yang hanya bisa ku lakukan adalah terus berdoa supaya terhindar dari penjahat seperti mereka. APD yang ku maksud disini adalah masker hitam, topi hitam, sarung tangan hitam, dan juga jaket berbahan kulit berwarna hitam. Kaos dan juga celana jeansku juga berwarna hitam. Dari atas sampai bawah aku mengenakan serba hitam. Supaya lebih terkesan seperti penjahat, jadi penjahat juga tidak berani mendekat. Itu kalau menurut pemikiranku. Panas juga memakai pakaian serba hitam untuk berjalan sekitar 1 kilometer. Tapi kembali lagi, mau bagaimana lagi kan? Dari pada menanggung risiko yang buruk.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang