4 || I Say No

1.1K 75 1
                                    

"SUMPAH DIS?!" teriak Raina didepan wajahku.

"Ya nggak usah teriak dimuka gue kali!" Balasku kesal, lalu Raina hanya menyengir melanjutkan makannya.

Saat ini kami bertiga, aku, Raina, Zello sedang berada dikantin fakultas. Kantin fakultas memang tempat kami biasa kumpul berbincang bincang kecil. Aku juga menceritakan kesepakatan tidak adil Pak Zein yang dibuat untukku. Tidak semua sih, hanya kesepakatan, tentang Pak Zein yang mengajakku makan siang tidak aku ceritakan. Tapi.... aku yakin salah satu dari mereka tau, karena yah waktu itu kalian tau sendirilah, keberangkatanku ke cafe disorot oleh banyak mahasiswi. Cepat atau lambat berita yang tidak tidak pasti sudah menyebar ke seluruh kampus. Dan yang membuatku tidak enak, disini juga ada Zello, meskipun aku memang menggantungkan perasaannya, tapi aku juga tidak mau menyakiti hatinya. Disepanjang aku bercerita, Zello hanya diam memakan makanannya tanpa melihatku sama sekali. Ya memang awalnya aku ragu untuk menceritakannya. Tapi Raina terus menodongku dengan pertanyaan yang sama 'lo cosplay jadi apa kemarin?' Kalau sudah begitu aku tidak bisa mengelak lagi. Serba salah kan jadinya.

Raina telah menyelesaikan makannya "Lo udah disuruh apa aja sama dosgan?"

"Belum disuruh ngapa ngapain sih" ucapku setelah menenggak jus jambu yang aku beli.

Raina menautkan alisnya "Masa belom?" Tanyanya lagi dan aku menggeleng sambil menyuapkan makanan ke mulutku.

"Lo beruntung banget sih bisa sama dosgan, gue yakin, kalo ada orang lain diposisi lo, pasti dia bakal selametan 3 hari 3 malem"

"Jadi babu kok selametan, orang gak waras yang ngelakuin itu" balasku sambil mengunyah suapan terakhir makananku.

"Kalo lo, merasa beruntung gak bisa sama dosgan?" Tanya Raina sambil dagu dengan kedua tangannya.

"Berun-

"Eh, gue abis ini masuk" potong Zello sambil melihat jam tangan yang melingkar ditangan kirinya "Gue cabut dulu ya? Baek baek kalian" ucapnya lagi kemudian berlalu meninggalkan kami tanpa melihatku. Apa dia cemburu?

"Ray! Lo gimana sih. Jadi ngambek kan Zello nya" ucapku pada Raina, lalu aku membungkan mulut dengan kedua tanganku. Anjir. Keceplosan lagi. Stupid sekali sih aku.

Raina menatapku bingung "Kenapa begitu? Zello udah ngungkapin perasaannya ke lo?" Tanya menatapku penuh selidik. Kenapa keceplosanku diwaktu yang tidak tepat sama sekali.

Aku membuang pandanganku ke arah lain "Bukannya gitu. Dia kan nggak sekelas sama kita, ya dia itu mungkin bingung sama arah pembicaraan kita. Kesannya kita kayak ngacangin dia" jawabku setenang mungkin supaya Raina tidak mengiraku berbohong.

"Nggak usah bohong. Orang dari kemarin kita bahas masalah ini kok, nggak mungkin Zello bingung. Gue tau lo Dis, kita sahabatan gak setahun dua tahun"

Raina tetaplah Raina. Dia hafal setiap gerak gerikku, selalu tau kebiasaanku, tau aku berbohong atau tidak saat mengatakan sesuatu padanya.

"Ya sebenernya sih, dia u-udah ngungkapin perasaannya sekitar 3 bulan yang lalu" ucapku pelan takut takut Raina akan kecewa karna aku tidak memberitahunya sejak awal.

"Truss lo berbohong sama gue selama 3 bulan itu? Lo gak percaya sama gue?! Lo anggap gue apa selama ini?" Ucapnya sarkas membuatku menatap bersalah padanya. Padahal maksudku bukan begitu. Dia juga menatapku kecewa. Tatapan yang selalu aku hindari dari orang yang aku sayang.

"Bu-bukannya gitu Ray. Gue gak mau persahabatan kita jadi pecah nantinya. Gue takut lo kecewa sama gue"

"Ngapain kecewa? Trus lo jawab apa sama Zello?"

"Gue,,,,, gue bilang kalo gue nggak mau menjalin hubungan dengan siapa pun dulu, gue mau fokus sama karier gue nanti"

"Itu sama aja lo gantungin perasaannya" ucapnya dengan nada agak tinggi.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang